Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Ibadah Mudik yang Mabrur

4 Juni 2019   09:05 Diperbarui: 4 Juni 2019   09:14 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju Ibadah Mudik yang MabrurOleh : Juli Prasetya
Ada sebuah tradisi tahunan yang khas Indonesia, yakni Mudik, yang terdiri dari 5 huruf M-U-D-I-K yang berarti mudik. Coba cari di negara lain, jarang akan kita temukan  kekentalan tradisi mudik di negara lain, dibandingkan Indonesia.

Ibarat sebuah endapan rindu yang harus segera dituntaskan, ia mungkin bisa ditunda (kalo ga nyesel) namun tak bisa dimusnahkan dalam ingatan. Setiap tahun (bulan Ramadan, Syawal, Dzulhijjah, dan liburan) akan terjadi perpindahan penduduk dari kota ke desa secara besar-besaran. Tak ada istilah  mudik orang  desa ke kota (kecuali sedikit).

Lagi-lagi saya belum tahu sejarah mudik kecuali sedikit. Konon secara etimologi mudik berasal dari akar kata udik ; kampung , selatan, hilir.  Sebenarnya tradisi mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjalan sejak sebelum zaman Kerajaan Majapahit.  Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya (nyekar) . Hal ini dilakukan untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Namun istilah mudik lebaran baru berkembang sekitar tahun 1970-an. Saat itu Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Saat itu sistem pemerintahan Indonesia tersentral di sana dan ibukota negara melesat dengan berbagai kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Tanah Air.

Lebih jauh lagi kita bisa kembali saat zaman Batavia  yang terkenal dengan pusat perdagangan rempah-rempah yang setiap hari hilir mudik. Di era kekinian mungkin mudik menemukan definisi bentuk dan istilahnya yang paling sejati. Kalau  Berbicara tentang keumuman permudikan, maka kita harus tahu dulu sebab-sebab  sosiokultural masyarakat untuk mencapai sebuah maqom yang bernama mudik; yakni ketika orang-orang merantau atau pergi dari desanya, kampung halamannya untuk membetulkan atau memperbaiki nasibnya di bidang ekonomi maupun pendidikan, atau mungkin ada motif lain dari proses perpindahan/ transmigrasi ini.

Dalam diri setiap manusia terdapat sistem kefitrian  yang disebut mudik, ia ibarat alarm alam yang tiap tahun akan berbunyi dengan keras dalam hati , untuk memberitahu kita bahwa mudik itu niscaya

 "Pulanglah, ibu bapakmu dirumah sedang menunggumu, keluargamu kangen, rindu denganmu". Semua manusia memiliki sistem alarm ini, tanpa terkecuali

Namun untuk mengetahui dan menamakan ini adalah ibadah mudik atau tidak , memang harus memiliki prasyarat tertentu;

1. Mudik Harus Memiliki Kampung Halaman, Tempat Pulang dan Kembali Paling Puisi. Kampung halaman bisa didefinisikan sebagai tempat lahir, kembali dan pulang. Kalau tidak ada kampung halaman atau belum menemukannya, segeralah niatkan untuk mencari dan menetapkan pilihan dimana kampung halaman yang kamu imani sebagai kampung halaman. Karena kata Eka Kurniawan yang menulis tampan itu luka, eh Cantik Itu Luka mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki masa lalu tidak mungkin memiliki masa depan.

2. Ada seseorang, atau segelintir orang yang memikirkan , merindukan dan menunggu-nunggu (atau tidak) kedatangan kita dengan harap-harap cemas. (Pendapat ini saya ambil dari salah satu legenda Sannin Konoha, penulis novel Icha-icha Paradise bernama  Jiraiya). Saya tak tahu jones masuk kategori apa, tapi meskipun jones, kalau ia memiliki seseorang yang memikirkannya maka ia termasuk golongan manusia yang mudik, selamat lah iya dari penderitaan tiada akhir (Jendral Dewa Perang Tiengfeng)

3.Tentu saja dari si sohibul mudik harus memiliki spirit pulang dan kembali yang luar biasa besar. Karena hal ini menjadi kekuatan si pemudik, untuk menghadapi rintangan dan tantangan selama perjalanan menuju pulang yang tidak mudah dihadapi. Tanpa spirit mudik yang luar biasa, ia takkan mampu menghadapi tantangan sesungguhnya dalam dunia permudikan yang dinamis itu. Dan sebagai wasilah ia mendapatkan hikmah dari setiap perjalanan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun