Mohon tunggu...
Julius Valenza
Julius Valenza Mohon Tunggu... -

Hanya pembaca, belum terlatih menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tulisan Malam (1): Sedikit Cerita dari Sepakbola Profesional Jepang

18 Januari 2012   17:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesionalisme liga merupakan salah satu topik hangat dalam sepakbola nasional saat ini. Keputusan berani PSSI dalam menyelenggarakan kompetisi profesional, berbuah pro dan kontra yang tidak sedikit dan bahkan, menurut saya, bisa dibuat buku 7 seri seperti novel Harry Potter.. hehe.. Meskipun seru untuk dibahas, saya tidak akan membahas kisruh itu panjang lebar dalam tulisan ini. Saya akan mencoba membahas hal yang lain, yaitu melihat Profesionalisme liga dari kompetisi profesional di negeri Jepang.

Asal Mula J-League

Sebelum tahun 1988, keadaan sepakbola Jepang sama dengan Indonesia. Miskin prestasi dan tidak memiliki sebuah kompetisi yang profesional. Para pemerhati sepakbola di sana sepakat, bahwa salah satu hal yg diperlukan untuk meningkatkan prestasi adalah memiliki sebuah kompetisi yang profesional. Profesional dalam hal apa? Pengelolaan infrastruktur, manajemen organisasi, pembinaan pemain, keuangan, dan tentunya pelaksanaan pertandingan (bebas suap dan mafia judi).  Pada saat ini, asosiasi sepakbola jepang (JFA) memutuskan untuk membuat suatu komite untuk menyusun dasar kompetisi profesional dan mempersiapkan kompetisi profesional itu. Pada tahun 1991, Japan Professional Football League didirkan sebagai suatu korporasi dan pendaftaran bagi peserta kompetisi pun dibuka. Karena J-league adalah liga profesional, tentunya verifikasi ketat harus dilakukan, hasilnya 10 tim lolos verifikasi dan menjadi peserta J-League yang pertama pada tahun 1993.

Tak terbayangkan yah, Ada liga profesional yang hanya diisi oleh 10 klub. Akan tetapi ini bukan khayalan, ini sungguh-sungguh terjadi di Jepang. Ke 10 tim ini adalah tim profesional dan tentunya memiliki sumber pendanaan mandiri dari perusahaan yang menjadi sponsor.

J-league pada awalnya tidak punya divisi 2, sehingga tidak ada istilah degradasi dan promosi. J-League 2 (divisi 2) baru ada tahun 1999, setelah tim yg mampu menjadi profesional tidak lagi dapat ditampung dalam 1 kompetisi. Uniknya, penampilan pertama Jepang di Piala Dunia terjadi pada 1998, 5 tahun setelah J-league bergulir, dan sebelum J-league memiliki liga divisi 2. Hal ini menunjukkan bahwa degradasi dan promosi tidak akan terlalu mempengaruhi kualitas pembinaan pemain, apabila kompetisinya benar-benar dijalankan dgn baik dan profesional. Saat Jepang lolos ke putaran final Paiala Dunia 1998, J-league sudah terdiri dari 18 klub.

Melihat sekilas ke Sepakbola Indonesia

Berkaca dari Jepang, ternyata mereka butuh waktu 5 tahun untuk benar-benar membuahkan hasil dari kompetisi yang profesional. walaupun demikian, perencanaan kompetisi yang profesional sudah dimulai 10 tahun sebelum Jepang lolos ke putaran final Piala Dunia 1998. Bukan waktu yang sedikit. Kompetisi profesional tidak akan membuahkan hasil secepat kita merasakan pedasnya cabe yang kita gigit, semuanya butuh waktu. Jadi apabila Indonesia baru mencanangkan kompetisi profesional tahun ini, tunggulah 10 tahun lagi baru kita lihat hasilnya.

Selain itu, PeeR PSSI mmg masih banyak. Ketika menjalankan kompetisi profesional, JFA sungguh-sungguh mendorong setiap klub untuk mengembangkan infrastruktur dan  pengelolaan klub yg profesional. Infrastruktur seperti stadion dan pusat pelatihan wajib dibangun, standarnya tentu saja standar internasional (mungkin saat ini bs pake standar AFC). Selain itu, akademi pemain muda juga harus dibangun beserta semua fasilitasnya. Ini yg saya lihat masih harus dikejar oleh PSSI. Semoga saja PSSI sudah merecanakan ini bertahap ke depan, sehingga 5 tahun lagi tidak ada lah istilah lapangan becek dan berlumpur ketika hujan, atau bola sulit dikendalikan karena lapangan tidak rata.

"Rintangan" di Kompetisi Profesional dan Perkembangan Selanjutnya J-League

Kompetisi profesional Jepang bukannya tanpa rintangan. Pada tahun 1999, 2 klub besar J-league yaitu Yokohama Marinos dan Yokohama Flugels sama-sama mengalami kebangkrutan. Perusahaan sponsor mengundurkan diri dan kedua tim terancam tak bisa mengikuti kompetisi profesional. Kedua tim ini pun memutuskan untuk merger (biarpun ditentang banyak fans) menjadi Yokohama F. Marinos, demi menyelamatkan keduanya.

Jepang akhirnya tampil untuk kedua kalinya di Piala Dunia pada tahun 2002, meskipun sebagai tuan rumah, selanjutnya lolos kembali untuk ketiga kalinya pada tahun 2006, dan tampil keempat kalinya pada tahun 2010. 4x berturut-turut tampil dalam puatarn final Piala Dunia. Sebelum kompetisi profesional diadakan, Jepang belum pernah lolos ke Piala Dunia, pembinaan pemain yg semakin baik jadi salah satu pendorong keberhasilan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun