Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ngeri Krisis Ekonomi, Stop Rush Money

30 Juni 2020   11:38 Diperbarui: 30 Juni 2020   11:57 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ngeri rasanya kalau kita bicara krisis ekonomi. Cukup sudah krisis ekonomi tahun 1998 menjadi pelajaran dan jangan sampai terulang lagi. Perekonomian rusak, rakyat menjadi sengsara, harga kebutuhan pokok mahal, kelaparan, kemiskinan, bayi kurang gizi, pengungsi, Pemutusan Hubungan Kerja, pengangguran, kriminalitas, demonstrasi hinga penjarahan.                                

Masih baru diingatan kita, krisis ekonomi dan kemanusiaan yang melanda negara Venezuela. Keadaan Negara tersebut sangat mengkhawatirkan. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sebanyak 4 juta warga mengungsi ke negara tetangga, harga bahan makanan pokok selangit dan kebutuhan dasar menjadi langka di pasaran. Badan anak PBB (UNICEF), turut melaporkan sebanyak 3,2 juta anak di Venezuela atau satu dari tiga yang membutuhkan bantuan kemanusiaan bahkan angka kematian anak di bawah lima tahun di Venezuela meningkat dua kali lipat menjadi 31 per 1.000 pada 2017, lebih dari 550 kasus campak dan 190 kasus difteria.

Namun, krisis ekonomi akan nyata ketika dunia terkena wabah virus Covid-19. Tidak hanya di Negeri kita, tapi diseluruh negara di dunia. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi dunia akan menyusut bahkan menuju krisis keuangan global akibat wabah corona. Hal ini dikarenakan, Pemerintah di berbagai Negara telah menutup sebagian besar ekonomi nasional dalam upaya mengekang perluasan pandemi.

Bagi umat muslim, wabah penyakit layaknya corona seperti sekarang pernah terjadi di zaman Khalifah umar. Khalifah mengajarkan bagaimana kita harus hidup sederhana ditengah wabah. Ini artinya kita tidak perlu panik dengan cara memborong semua kebutuhan pokok dan menyetok segala barang di rumah. Jika kita tidak melakukan pemborongan maka akan membuat barang menjadi langka dan mahal. Selain itu jika tidak memborong artinya juga tidak perlu melakukan penarikan uang besar besaran di bank.

Coba bayangkan kalau perbuatan kita dilakukan semua orang dan dalam waktu bersamaan, tentu akan menambah cepat negara kita menuju jurang krisis ekonomi nasional.

Bahaya Rush Money

Rush Money adalah penarikan uang dari bank secara besar-besaran (massal). Dampak Rush Money akan menimbulkan kekacauan dalam sistem perbankan lantaran akan kekurangan uang yang bisa meyebabkan gejolak ekonomi. Bank Indonesia (BI) akan kewalahan dan tidak mungkin mendistribusikan uang dalam jumlah banyak pada waktu bersamaan.

Selain itu, Rush Money juga akan menimbulkan keresahan di masyarakat karena bank akan kesulitan memenuhi permintaan masyarakat yang begitu tinggi karena bank hanya mencadangkan 5 s.d 10% dana Cash saja dari total dana pihak ketiga, yaitu dana nasabahnya.

Rush Money di Indonesia sudah pernah terjadi ketika krisis moneter tahun 1997-1998, dimana Bank Central Asia (BCA) dihantam oleh nasabahnya yang secara tiba-tiba menarik uang mereka secara besar-besaran, hingga akhirnya BCA sempat kolaps dan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini jika masyarakat peduli dengan kondisi perekonomian di Tanah Air, maka masyarakat akan menjaga dan tidak mudah dihasut untuk merusak negaranya sendiri. Aksi rush money yang disebarluaskan tersebut justru akan merusak ekonomi negara sehingga yang terkena dan menderita lebih dulu adalah masyarakat paling kecil dan masyarakat miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun