Mohon tunggu...
Julita Manurung
Julita Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Sistem Informasi Universitas STMIK Triguna Dharma

Saya hobi nonton, hobi makan. Pokoknya hobi yang membuat batin saya bahagia itu udah pasti.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi Vs Prabowo, Menurutmu, Siapa yang Bakal Jadi Presiden Indonesia?

19 Mei 2019   18:10 Diperbarui: 20 Mei 2019   13:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika saya ditanya siapa yang bakal jadi Presiden Indonesia, maka jawaban saya adalah Jokowi. Mengapa Jokowi? Mari, saya jelaskan alasannya.

Saya sangat senang dengan kerja Pak Jokowi selama menjabat menjadi presiden. Buktinya, pembangunan infrastruktur seperti jalan, airport, dan pelabuhan semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Namun, dibalik kesuksesannya ini, saya selalu takut jika beliau sampai kalah menjadi presiden nanti. Saya takut bukan karena soal perhitungan suara yang bakal ia raih, namun jika ia di kaitkan dengan isu agama. Bukti nyatanya bisa kita lihat dari mantan gubernur DKI, yaitu 'Ahok.' Isu agama berhasil menggagalkan usaha 'Ahok' untuk terpilih dalam pilkada tahun 2017 silam.

Tapi, setelah saya melihat aura positif dengan kedatangan K.H. Ma'aruf Amin, saya semakin yakin bahwa Pak Jokowi bakal jadi Presiden Indonesia dalam 5 tahun kedepannya. Jadi, ketika lawan-lawannya berusaha mempolitisasi isu-isu agama, seperti yang berkaitan dengan pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid, percayalah wahai pendukung setia Jokowi, bahwa usaha mereka tidak akan berhasil sama sekali untuk menjatuhkan Jokowi. Mengapa tidak berhasil? Karena NU (Nahdlatul Ulama)  sangat mendukung Jokowi. NU itu apa sih? Nah, buat kamu yang belum tahu, saya bakal kasitahu sekarang! NU itu adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Selama Jokowi mampu menghindari kontroversi-kontroversi agama, dia akan terhindar dari nasib yang menimpa Ahok, dan sejauh ini Jokowi berhasil melakukannya. 

Namun, isu ekonomi tetap menjadi ancaman. Jokowi dapat menang selama ekonomi dalam kondisi baik. Masalahnya, banyak faktor eksternal, yang berada di luar kendali Jokowi, yang dapat mengganggu perekonomian Indonesia, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina, krisis ekonomi di Turki,  masalah di Uni Eropa yang disebabkan Brexit dan terakhir, krisis anggaran belanja negara Italia.

Ya, itulah alasan mengapa saya memilih Jokowi. Dan, mengapa saya tidak memilih Prabowo? Berikut ini alasannya:

  • Mereka selalu berusaha untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai macam cara.
  • Menciptakan kontroversi untuk menarik perhatian media dan media sosial demi kepentingan kampanyenya.
  • Membuat sejumlah blunder politik. Salah satu blunder tersebut adalah menyebut Sandiaga sebagai santri, yang merupakan pembenaran bagi keputusan Prabowo dalam memilih Sandiaga.
  • Dengan mengusung isu-isu keagamaan, kubu Prabowo pernah menyatakan bahwa mereka hanya memilih ulama sebagai kandidat wakil presidennya. Padahal faktanya, Sandiaga yang walaupun seorang Muslim, tetapi mengenyam pendidikan di sekolah swasta Kristen dan kemudian melanjutkannya di Wichita State University dan George Washington University, Amerika Serikat.

Lebih jauh lagi, seolah tak cukup menyebut Sandiaga seorang santri, politisi pendukung Prabowo dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid, mendeklarasikan Sandiaga sebagai ulama.

Blunder besar lainnya adalah kebohongan yang disebarkan oleh salah seorang anggota penting (juru kampanye nasional) tim pemenangan Prabowo, Ratna Sarumpaet. Ratna menyatakan di hadapan media bahwa ia mengalami penyerangan yang dilakukan sekelompok orang tak dikenal saat berada di Bandung, Jawa Barat. Kabar serangan ini disambut kegemparan dimana kubu oposisi dengan segera bersatu membelanya dan menuding kubu Jokowi berada di balik peristiwa tersebut.

Tak lama, cerita Ratna itu terbukti dan diakui hanyalah kebohongan. Luka-luka di wajahnya merupakan akibat dari operasi plastik yang belum lama ia lakukan. Prabowo akhirnya meminta maaf atas ulah Ratna tersebut. Sayangnya, kasus Ratna sudah terlanjur mencederai kredibilitas kubu oposisi. 

Tak berhenti sampai di situ, ada tiga blunder lainnya yang dilakukan Kubu Prabowo. Pertama, ketika Prabowo menjadikan masyarakat Boyolali, Jawa Tengah, sebagai bahan lelucon; kedua, saat Sandiaga dianggap tidak menghormati makam salah seorang tokoh besar Islam NU dengan melangkahi makam tersebut; dan terakhir, ketika Prabowo mengeluarkan pernyataan meremehkan para pengemudi motor dan taksi online. Kesalahan-kesalahan politik seperti inilah, yang membuatnya sulit menang.

Fiuh, panjang banget ya guys! Tapi yang namanya pengetahuan, harus dibagi dong biar orang di luar sana semakin lebih tahu. So, artikel ini jangan sampai berhenti di kamu ya! Jangan lupa, beri komentar jika kamu tak sependapat dengan saya. Mungkin kita bisa berdiskusi melalui kolom komentar yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun