Siapa yang tidak mengenal musik dangdut, musik yang sudah merakyat, mendarah daging di hati kalangan masyarakat Indonesia. Setiap kegiatan, hajatan warga, dari gang ke gang, hingga kegiatan sekala daerah seperti pesta rakyat hari jadi kabupaten atau kota, maupun nasional tak lepas dari musik dangdut.
Musik dengan penggemar terbanyak di Indonesia, bahkan dunia, memiliki perkembangan sejarah yang luar biasa, mulai dari era sebelum kemerdekaan dengan akar budaya dari tradisi Melayu, maupun gempuran Budaya India dan Arab. Pedagang dari berbagai Negara India, Arab, dan Melayu memberikan kontribusi besar perkembangan musik dangdut masa itu. Bisa disaksikan dengan alat musik pendukung, seperti seruling, gendang, ataupun alat musik gambus seperti gitar gambus, rebana yang banyak muncul di tradisi Melayu.
Budaya Melayu berkembang pesat dalam dunia sastra, sebut saja gurindam, bidal, talibun, seloka, pantun, ataupun syair yang kental dengan pengaruh gempuran syair Arab, juga banyak berperan dalam perkembangan musik dangdut. Syair sederhana dan gampang dicerna, merupakan bagian tak terpisah dengan irama gendang yang popular di wilayah Deli Sumatera Utara. Kekuatan itulah yang kemudian manjadi akar genre dangdut modern.
Era setelah kemerdekaan hingga 1950an, gempuran musik barat juga menjadi alat pemicu luar biasa dinamika musik saat itu, gempuran artis Bolywood India dengan film-film yang beredar dengan melodi khas gendang India, banyak menginspirasi dalam musik Melayu, yang kemudian menjadi cikal bakal genre dangdut dengan adapsi irama table, atau gendang yang khas.
Gairah musik dengan genre rock barat mulai masuk dengan begitu cepat di era 1960an, alat-alat musik juga berkembang dengan tranpormasi ke alat musik modern, gitar listrik, bass, dan drum, menjadikan musik melayu juga bertransformasi menjadi dangdut modern. Rhoma Irama Tokoh yang banyak memberikan perubahan dengan memberikan sentuhan rock pada musik dangdut, namun tidak lepas dari unsur aslinya gendang sebagai ciri utamanya.
Tahun 1970an dan 80an bisa disebut sebagai era baru musik dangdut, Rhoma Irama dan Soneta group, memberikan inspirasi gelombang popularitas dangdut, dengan dukungan dari penyanyi wanita seperti Elvy Sukaesih dan Rita Sugiarto. Munculnya artis seperti Megy Z, Mansyur S, Hamdan ATT, A Rafiq Ellya Kadam, Jhony Iskandar dkk. Dangdut pada masa ini, tidak hanya memberikan hiburan musik saja, tetapi juga media penyampaian pesan sosial dan religius, serta kritik soal terhadap kehidupan masyarakat. Selain dunia televisi dan radio yang kental, dangdut juga menjadi kekuatan di dunia film dengan tema-tema musikal juga ikut berkembang pesat.
Masuk ke 1990an dan awal 2000an dangdut selain memberikan kekauatan pada syair dan vocal khas seperti Iis Dahlia, Evi Tamala, Ikke Nurjanah, berkembang menjadi sesuatu yang fenomenal dengan masuknya genre-genre baru, seperti dangdut koplo yang berkembang pesat di wilayah pantura Jawa. Gaya penampilan yang fenomenal penyanyi dengan gaya masing-masing, gaya tarian “ngebor”, Inul Daratista, “Goyang Gergaji” Dewi Persik, Cak Sodik, dengan bermunculan group-group dangdut dengan berbagai genre yang banyak mewarnai dunia dangdut.
Era 2000an, kemudian dengan kekuatan media televisi dan media sosial yang berkembang pesat, bermunculan artis dari kompetisi atau perlombaan yang diselenggarakan oleh stasiun televisi, menjadikan dangdut semakin berkembang pesat, dan mampu masuk keseluruh kalangan masyarakat. Peran media sosial semakin kuat dengan bermuncuan genre dengan penggabungan ataupun kolaborasi dengan budaya lokal Jawa, muncullah dangdut campursari, dengan tokoh utama Didi Kempot sebagai pelopornya, hingga bermunculan artis-artis muda lainnya dengan berbagai group hingga saat ini, dengan kekuatan budaya lokal.
Awal tahun 2025, fenomenal dengan dangdut Jadul sebagai jargon, muncul sebagai wacana baru dalam dunia dangdut, busana yang dikenakan oleh penyanyi, pengiring, dan penggemar menggunakan pernik era 70-80 an. Busana yang penuh glamor, identik asesoris warna-warni, kaca mata berwarna hitam, sabuk lebar dan sepatu berhak tinggi klasik.
Gaya fashion dangdut klasik, tidak hanya sekedar hiburan, melainkan cerminan sosial masyarakat, yang haus akan hiburan bernuansa klasik dengan fashion, gaya joget dangdut klasik dengan kesantunan sebagai ciri khasnya. Jargon kesederhanaan dan kesantunan selanjutnya mampu menginspirasi group dangdut fenomena saat ini, sebut saja group Lorenza asal Sukoharjo Jawa Tengah.
Mengusung konsep dangdut klasik, “Wayahe Wong Lawas Tampil” membangkitkan nostalgia tersendiri bagi penggemar dangdut klasik Indonesia. Tidak hanya kalangan tua, remaja juga mulai banyak yang terhibur dengan konsep yang diusung, baik fashion juga gaya joget, dan assesoris.