Mohon tunggu...
Julio Bagas H
Julio Bagas H Mohon Tunggu... Lainnya - Suka mengumpulkan ide, tapi agak malas merealisasikannya

Seorang manusia yang sedang berprofesi sebagai Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harta, Tahta, Kuota

30 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 30 Oktober 2020   22:14 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

        Semakin berkembangnya jaman, pola perilaku umat manusia pun turut berkembang demi dapat beradaptasi. Karena hidup di jaman yang terbilang telah maju ini, manusia secara tidak langsung dituntut untuk semakin cepat menerima perkembangan yang ada. Tidak ada lagi alasan yang dapat diterima ketika seseorang mengalami kesulitan dalam hal mencari informasi. Telah banyak tersedia berbagai macam 'mesin pencarian' yang dapat digunakan untuk mencari berbagai macam informasi. Begitu juga dengan telefon genggam yang dimiliki oleh tiap orang pun turut mengikuti perkembangan jaman. Dari yang semula fitur-fitur yang tersedia hanya dapat menerima panggilan dan menerima pesan (SMS), kini mengukur sudut ruangan pun dapat dilakukan melalui ponsel. Ditambah lagi dengan koneksi internet yang telah tersedia sudah dapat menjangkau seluruh bagian di muka bumi ini. Di Indonesia sendiri harga yang ditawarkan oleh berbagai macam provider terbilang relatif terjangkau bagi masyarakat. Dari mulai sekedar warung kopi pinggir jalan, hingga berbagai macam tempat di berbagai wilayah di Indonesia pun kini telah dilengkapi oleh Wi-Fi. Beberapa macam hal tersebut dapat membuktikan jika mayoritas masyarakat Indonesia dapat dengan mudah dan murah mengakses informasi dengan menggunakan koneksi internet. Riset yang telah dilakukan oleh platform manajemen media sosial HotSuite dan agensi marketing sosial We Are Social yang bernama 'Global Digital Reports 2020' menyebutkan hampir 64 persen penduduk di Indonesia, yang mana berarti sejumlah 174,5 juta orang sudah terkoneksi dengan jaringan internet.

        Mudah mengakses internet menggunakan kuota, mudah juga untuk berpartisipasi pula memberikan informasi yang kita punya dan dituangkan dalam bentuk tulisan atau bentuk lainnya yang dapat diakses oleh khalayak umum di berbagai macam platform yang tersedia. Namun ditengah berbagai macam kemudahan yang ditawarkan oleh internet, tak menutup kemungkinan pula muncul hal-hal negatif yang timbul akibat kemudahan yang ada. Karena memiliki cangkupan yang luas, tak jarang oknum-oknum tertentu memanfaatkannya untuk melancarkan aksi-aksi nakalnya. Berbagai macam tindak kejahatan dunia maya dapat kita temukan diantaranya seperti maraknya beredar informasi-informasi bersifat hoax, penipuan yang berkedok online shop, hingga penyadapan data pribadi dengan cara meretas akun-akun pengguna internet. Hal yang ingin saya sorot lebih kali ini adalah mengenai mudahnya pelaku penyebar hoax melancarkan aksinya. Minimnya ketrampilan masyarakat Indonesia dalam hal mengolah informasi yang ada, para pelaku hoax menjadikan kelemahan tersebut sebagai peluang dalam meraup pundi-pundi uang. Dalam masyarakat kita, para pelaku hoax sering disebut dengan buzzer. Pola kerja mereka pun dapat dibilang mudah, hanya dengan bermodalkan artikel yang bertujuan untuk menggiring opini masyarakat sesuai dengan 'pesanan'  dan sangat banyaknya akun yang dimiliki, 'pesanan' tersebut dapat dengan cepat viral dan beredar di masyarakat. Dengan begitu akan semakin banyak pula jumlah pasang mata yang akan melihat serta membaca pesan-pesan hoax yang didistribusikan. Dan tak menutup kemungkinan pesan tersebut yang semula hanya dibaca oleh seorang individu dapat disebarkan mulai dengan cara dari mulut ke mulut, hingga membagikan link dimana artikel tersebut dimuat kepada para kawan-kawannya. Memang ada baiknya sifat masyarakat kita yang selalu memiliki rasa ingin mengedukasi teman-temannya dengan cara membagikan informasi-informasi yang telah mereka dapat. Namun yang menjadi masalah ketika informasi-informasi yang disebarkan merupakan informasi-informasi yang diproduksi oleh buzzer dengan maksud memenuhi 'pesanan nakal' para penguasa.

         Kemudahan dalam mendapatkan informasi melalui koneksi internet tidak dibarengi dengan kiat-kiat menghindari informasi-informasi palsu yang pasti secara cepat atau lambat akan beredar. Kiat-kiat menghindari pesan informasi yang disebarkan oleh oknum-oknum nakal perlu disebarkan melalui pihak yang memiliki 'power'. Dengan kata lain, Pemerintah perlu turun tangan dalam hal ini, secara Pemerintah memiliki 'power'. 'Power' yang dimaksud disini adalah memiliki sifat menjangkau cangkupan yang cukup luas, dengan begitu kiat-kiat menghindari hoax dapat tersebar dan beredar di masyarakat secara menyeluruh. Selain menggalakan informasi mengenai cara untuk menghindari berbagai macam informasi yang bersifat hoax, Pemerintah juga perlu membentuk suatu badan yang secara khusus difungsikan untuk 'take down' situs-situs ataupun link-link media online yang disinyalir sengaja dibuat untuk menyebarkan suatu informasi bersifat hoax. Selain itu, badan yang telah dibentuk Pemerintah yang memang bertujuan untuk memutus rantai pesan hoax yang telah beredar pun juga dapat menyediakan website resmi yang dimaksudkan sebagai tempat bernaungnya aduan-aduan masyarakat mengenai informasi-informasi yang dinilai merupakan informasi hoax. Secara tidak langsung akan timbul sinergi dan rasa saling bahu-membahu antara Pemerintah dengan masyarakat umum dalam memutus rantai pesan-pesan hoax yang telah beredar. Dengan adanya kerjasama yang terjalin, maka bukan suatu hal yang tidak mungkin rantai informasi-informasi hoax yang telah beredar dapat hilang dari peredaran. Dikarenakan sulitnya informasi hoax beredar di masyarakat, bukan tidak mungkin juga jumlah orang yang ingin memiliki mata pencaharian sebagai buzzer dapat berkurang. Inti dari tulisan ini adalah, kita sebagai warga Indonesia yang baik patut secara bersama-sama untuk menjaga Rumah kita tercinta ini dari berbagai oknum-oknum nakal yang hanya ingin mementingkan kepentingan pribadi ketimbang kepetingan bersama. Sikap rasa saling memiliki satu sama lainnya tak boleh pudar, demi keberlangsungan kehidupan di Bumi Pertiwi ini. Indonesia Jaya ! Merdeka !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun