Mohon tunggu...
Julinda Jacob
Julinda Jacob Mohon Tunggu... Konsultan - Orang rumahan

Seorang ibu rumah tangga yang menuangkan hasil pandangan mata dan pendengaran dalam kehidupan keseharian

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Leebong, Pulau Menawan di Pesisir Barat Belitung

4 Desember 2019   17:12 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:37 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetiba Yunita, sahabat karibku menelpon, mengajak wisata ke Belitung. Aku tertarik ikut karena kutahu khunyuk (panggilan akrabku) traveller cantik, tripnya selalu menantang, anti mainstream dan foto fotonya keren. Aku ingin mencoba aura petualangan dengannya tetapi ragu apakah suami akan mengiijinkan sebab minggu depan akan ke Bangkok. Waktunya mepet, hanya berselang 2 minggu sudah liburan lagi. Tak berani berjanji, kupending dulu ajakannya, fokus persiapan ke Bangkok.

Sepulang dari Bangkok kakiku bengkak karena banyak berjalan, ngitar pasar apung, mall dan kuil di Bangkok. Belum berani ijin ke suami dalam kondisi seperti ini. Untuk sementara kupendam hasrat ke Belitung namun jari jemari tetap lincah memantau harga tiket di Traveloka, haha...

Ketika ada kesempatan santai berdua suami, kaki sudah sembuh, kuselipkan ajakan khunyuk, tak disangka, suami mengijinkan, Alhamdulillah, kucium suami bertubi tubi. Aku segera hunting tiket mencari keberangkatan yang sama dengan khunyuk. Karena waktu itu masih ragu, khunyuk sudah lebih dahulu pesan tiket untuk antisipasi harga. Bersyukur aku masih mendapatkan penerbangan yang sama dengan khunyuk.  

Tiba waktu yang telah disepakati, kami bertemu di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Aku berangkat dari Bandung sehari sebelumnya, menginap semalam di Jakarta sekalian menengok anak-anak. Esok paginya meluncur ke Bandara. Khunyuk sudah lebih dulu tiba, menunggu di keberangkatan, tak lama kemudian Leni, teman khunyuk tiba, kami berkenalan, menuju ruang bandara untuk check in dan boarding.

Pulau Belitung

Bandara H.AS.Hanandjoeddin | dokpri
Bandara H.AS.Hanandjoeddin | dokpri
Tiba di Belitung sekira pukul 11.00 siang. guide sudah menunggu. Kami foto- foto sebentar di Bandara, mengambil bagasi kemudian keluar. Bandara Belitung, H. AS. Hanandjoeddin, seperti umumnya bandara kota kecil di Indonesia, tidak ada yang istimewa. Namun demikian semua maskapai ada. 

Dari Garuda, Sriwijaya, Citilink, Batik, Lion, NAM bahkan Air Asia pun terbang ke Belitung setiap hari. Wisata alam Belitung sedang menggeliat setelah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata di filmkan, Belitung menjadi terkenal. Pulau Lengkuas, bebatuan menjulang, mercusuar, tambang timah, tambang kaolin, SD Laskar Pelangi membuat penonton penasaran.

Mobil meluncur ke tengah kota membawa kami makan siang di Mie Belitung Nyonya  Atep, salah satu warung mie terkenal di Belitung. Beberapa foto selebritis dan orang terkenal dipajang di dindingnya. Mie Belitung mirip mie celor Palembang, mie kuning dengan kuah kaldu kental, potongan kentang rebus, udang, irisan timun ditabur emping. Rasanya gurih. Disajikan beralas daun simpur, vegetasi khas Belitung, bentuknya seperti daun jati.

Mie Belitung Nyonya Atep | dokpri
Mie Belitung Nyonya Atep | dokpri
Banyak kemiripan kuliner Belitung dengan Palembang karena dulu Provinsi Bangka Belitung (Babel) merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan sebelum memekarkan diri dan menjadi provinsi ke 31 pada tahun 2000. Setelah makan siang, kami berkeliling di Belitung, mencoba kopi Kong Djie, mampir ke Tanjung Pendam dan akhirnya menuju Hotel Santika untuk beristirahat.

Kopi Kong Djie | dokpri
Kopi Kong Djie | dokpri

Pantai Tanjung Pendam | dokpri
Pantai Tanjung Pendam | dokpri

Hotel Santika | dokpri
Hotel Santika | dokpri
Khunyuk sudah menyusun acara open trip kami. Hari pertama berkeliling dalam kota kabupaten Tanjung Pandan. Hari kedua ke Pulau Burung, Pulau Lengkuas dan Pulau Kelayang. 

Hari ketiga One day trip Pulau Leebong. Hari keempat ke Manggar, area laskar pelangi. Trip hari ke 1 dan ke 2 sdh kami lewatkan dan sudah sangat umum cerita tentang Pulau lengkuas, pulau mercusuar yang sudah tenar sebelumnya. Saya akan berbagi cerita di  Pulau Leebong, kemon gaess......

Welcome To Leebong Island

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Hari ke 3 sebagaimana yang telah di program, kami mengikuti open trip ke Leebong, pulau menawan yang sedang hits saat ini. Pulau Leebong merupakan salah satu gugusan pulau cantik terletak di pantai barat pulau Belitung. Luasnya lebih kurang 37 Ha berjarak hanya 3 KM dari pesisir Belitung. Baru diresmikan bulan april 2016 dikelola pihak swasta. 

Di sekitar pulau Leebong terdapat pulau pulau kecil lain yang jaraknya tidak terlalu jauh seperti Pulau Rengit, Pulau Mentarak, Pulau Ruk, Pulau Betangan, Pulau Baguk dan Pulau Mengkokong. Pulau pulau ini dikelilingi hutan Mangrove sehingga hampir tidak bisa disinggahi.

Pulau Leebong lebih dekat dicapai melalui pelabuhan TanjungRuu yang terletak di desa Pegantungan, Kecamatan Badau. Kami berangkat pukul 10.00 pagi dari dermaga TanjungRuu. 

Saat kami tiba, pelabuhan dalam proses pembangunan. Akses ke perahu motor tidak begitu mulus, sebagian masih jalan setapak. Disana sini gundukan tanah, kayu bongkaran dan besi tua. Tidak terlihat pekerja bangunan. Fasilitas umum masih minim, belum ada toilet atau ruang tunggu. Kami berlima langsung ke perahu motor yang telah menunggu.

Laut tenang ketika kami berlayar. Lebih kurang 15 menit kami tiba di pulau Pasir di tengah laut. Pulau Pasir timbul saat laut surut. Biasanya dari pagi hingga petang hari. Saat air pasang Pulau Pasir tidak tampak di permukaan. Ketika kami tiba, sudah ada satu rombongan yang lebih dulu mendarat. 

Bermain air, berenang dan main ayunan serta fofotoan, aktifitas kami di pulau Pasir, sungguh menyenangkan bermain di tengah laut. Tiba tiba cuaca mendung, langit gelap, gerimis mengundang kemudian hujan deras. 

Dari atas, dari bawah air berlimpah. Suara petir dan kilat bikin kami ketakutan. Kami berlarian di atas pasir menuju perahu. Kaki sampai terjeblos jeblos..hahaha...takut tersambar petir dan air pasang. Dalam keadaan basah kuyup kami naik perahu motor, kedinginan, perut terasa lapar.

dokpri
dokpri

Pulau pasir | dokpri
Pulau pasir | dokpri
Kemudian kami melanjutkan perjalanan, menyusuri laut, melewati hutan mangrove dan sampailah di pulau Leebong yang cantik dan menawan. Jarak pulau Pasir dan Pulau Leebong sangat dekat, lebih kurang 10 menit pelayaran. 

Matahari tepat di atas kepala saat perahu bersandar, waktunya makan siang. Kami disambut beberapa guide di dermaga, membantu keluar dari perahu dan menyambut dengan sapaan ramah " selamat datang di pulau Leebong "

Aktifitas pertama tiba tentunya mencari spot cantik. Rumah kayu, ikon pulau Leebong menyambut kami di pintu dermaga, sasaran pertama selfi. Setelah puas kami diantar ke restoran tanpa dinding dengan jajaran bangku dan meja panjang yang telah direserve. Washtafel terletak disisi kanan, mushola, toilet dan kamar mandi berada di belakang. Mushollanya bersih dan rapi. 

Tempat wudhunya dari batu batu kerikil. Kami hanya dikenakan biaya Rp. 450.000/orang sudah termasuk makan siang dan bebas menggunakan fasilitas permainan yang tersedia diantaranya kayak, paddleboard, sepeda, snorkeling, banana boat. Kecuali wind surfing ada tambahan biaya Rp. 250.000,- untuk durasi 15 menit.

Tak lama menunggu satu persatu hidangan siap dimeja dalam keadaan panas. Menunya seputar laut. Ada cumi goreng tepung, ikan bakar, ikan pepes, ayam goreng, sup bakso ikan, oseng kangkung, sambal terasi dan sambal kecap. Kami makan dengan lahap dan nikmat, memang perut sudah kelaparan sejak bermain dan kehujanan di Pulau Pasir. 

Selesai makan, semilir angin dan hembusan ombak membuat ngantuk. Namun sayang melewatkan hari disini. Ditemani seorang Guide yang bernama Black asal Garut, kami menyisir hutan dan pulau, ngaso sejenak di rumah pohon, rumah yg menyatu dengan pohon. 

Rumah pohon merupakan salah satu bentuk penginapan di Pulau Leebong selain Villa, Cottage dan Camp/Barak. Kita bebas memilih tergantung kebutuhan, kantong dan jumlah personil.

Rumah pohon | dokpri
Rumah pohon | dokpri
Ketika sedang ngobrol santai, tiba tiba Novi berteriak, rupanya ada ular daun jatuh dari pohon persis di depannya.  Ular tersebut cukup besar seperti ular sendok. 

Black menyingkirkan ular tersebut, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Baru beberapa langkah terrdengar teriakan novi kembali, rupanya di depannya melintas ular daun lagi, Novi ketakutan berlari ke suaminya. 

Dua kali dia bertemu ular, sementara kami aman aman saja, mungkin dikira ratunya..hahaha...Kami bertanya pada Black, dengan adanya ular tersebut, apakah aman tidur ditenda ? "Walau tidak ada yang menginap, setiap sore dilakukan pengasapan di barak dan rumah pohon. 

Tak ada satu celah pun yang bisa dimasuki binatang atau serangga seperti nyamuk, semua tertutup rapat" ujar Black.  Kekhawatiran kami terjawabkan, semua aman dan nyaman.

Hutan Leebong | dokpri
Hutan Leebong | dokpri

Kami terus berjalan melewati hutan rindang berpasir putih. Sesekali ada hewan liar menampakkan diri tetapi tidak buas. Cukup jauh kami berjalan hingga tiba di pantai Chikas, pantai pasir putih yang menjorok ke laut di bagian belakang Pulau Leebong. 

Ada gazebo warna warni untuk bersantai di laut. Disisi kiri terdapat hutan mangrove. Ada Pirates caf tempat pengunjung ngupi lengkap dengan kursi akar pohon unik dan taman yang teduh. Tiket one day trip  tidak termasuk makan minum di caf.

Pirates Cafe | dokpri
Pirates Cafe | dokpri

Gazebo warna warni | dokpri
Gazebo warna warni | dokpri

Pantai Chikas | dokpri
Pantai Chikas | dokpri
Berlibur di Leebong serasa di pulau pribadi. Sunyi, menentramkan, cantik dan nyaman. Tidak banyak manusia lalu lalang seperti di Pulau Lengkuas atau Pulau Burung. Tiap rombongan pelancong didampingi guide yang membantu foto dan mengenalkan pulau secara keseluruhan. 

Sepanjang siang kami bermain di Pantai Chikas hingga matahari sedikit ke barat. Kulit gosong dan pekat tak kami hirau. Berenang di laut yang tenang dan jernih. Tiduran di pasir putih yang lembut dan bersih. 

Setelah puas kami pindah ke pantai bagian depan, dekat dermaga. Main ayunan, kayak dan paddle board. Berlomba mendayung paddle ke tengah laut, kemudian berbalik begitu seterusnya sambil tertawa terbahak bahak melihat Khunyuk mendayung paddle yang ditumpangi Leni terbalik. 

Laksana nelayan membawa dugong, ikan paus besar hahaha..... Tak sulit mengayuh paddle. Yang penting seimbang, bergantian kiri dan kanan.  Jika mau ke kiri kita dayung  ke kanan, berlawanan dan sebaliknya.

Paddleboard | dokpri
Paddleboard | dokpri

Ayunan | dokpri
Ayunan | dokpri

Dermaga Pulau Leebong| dokpri
Dermaga Pulau Leebong| dokpri

Plang Selamat DatangFoto bersama sebelum pulang | dokpri
Plang Selamat DatangFoto bersama sebelum pulang | dokpri
Matahari kian tergelincir ke barat. Kami bersegera ke daratan, membasuh diri dan berkemas kembali ke Tanjung Pandan. Menyempatkan diri foto di dermaga sebelum naik perahu motor.  Cuaca tenang, langit biru bersih terang. Banyak jejak kenangan tertinggal di sini. 

Dermaga, laut, Pantai Chikas, rumah pohon, alunan ombak, mangrove, pasir putih. paddleboard saksi kebahagiaan kami. Semoga dapat berlibur kembali di Pulau Leebong.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun