Mohon tunggu...
Julinda Jacob
Julinda Jacob Mohon Tunggu... Konsultan - Orang rumahan

Seorang ibu rumah tangga yang menuangkan hasil pandangan mata dan pendengaran dalam kehidupan keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Dan Pengendalian Diri

22 Oktober 2016   08:37 Diperbarui: 22 Oktober 2016   12:55 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://customslawyer.wordpress.com

Sesungguhnya islam itu adalah agama tentang pengendalian diri. Kita pasti akan selalu mempunyai pemikiran untuk menjudge seseorang baik atau buruk, menilai dari sisi positif dan negatif apapun yang dilakukan oleh orang tersebut. Namun, kita harus dapat mengendalikan pengekspresian pemikiran itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kehidupan beragama dan kehidupan berbangsa. Karena dalam agama yg dinilai adalah perbuatan bukan apa yang masih mentah dalam pemikiran atau sekedar niat.

Ada banyak cara untuk mengendalikan diri, yang semuanya harus dimulai dari hati yang bening dan pikiran yang sehat. Jangan membiarkan hati kotor, tidak terawat dengan pikiran yang sakit. Salah satu cara untuk mengendalikan diri adalah dengan tidak berpikir terlalu berlebihan. Everything too much is bad. Segala sesuatu jika berlebihan akan tidak baik, hingga ada ungkapan ulama salaf yang menyatakan “sebaik-baik perkara adalah pertengahannya”. Ketika kita berfikir berlebihan berarti kita telah berada di luar kendali diri dan dikontrol oleh pemikiran berlebihan tersebut. Sebagai contoh nyata, tersurat dalam Al Qur’ an Al Maidah ayat 8,”………Janganlah karena kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil…….." 

Di dalam ayat tersebut, adalah suatu hal yg wajar untuk memiliki judgementketidaksukaan terhadap orang lain. Tetapi pemikiran tersebut harus tetap berada di dalam kepala dan tidak mempengaruhi perlakuan kita dalam menghadapi orang tersebut, yakni bersikap adil. Namun, penjelasan ini tidak untuk dipandang sebagai pembenaran untuk membenci orang. Penjelasan ini menggambarkan bahwa memiliki ketidaksukaan terhadap orang lain (demikian pula kecintaan) adalah wajar, tetapi jangan sampai sifat tersebut kadarnya menjadi berlebihan (lebih banyak atau lebih sedikit, prinsipnya jangan melewati batas keseimbangan),  sehingga menghalangi kita untuk berbuat baik, dalam hal ini bersikap adil. Salam damai Pilkada DKI….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun