Mohon tunggu...
Juliman Manik
Juliman Manik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Live a More Meaningful Life. Life is beautiful and I wanna live it fully. my blog : julimanmanik.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penggunaan Teknologi Garis Gawang Pertama Kali di Ajang Bergengsi Piala Dunia

4 Mei 2013   07:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:08 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah sejarah baru dalam ajang paling bergengsi di dunia, penggunaan teknologi untuk pertama kalinya dalam sepak bola internasional. Sejak Piala Dunia pertama kali digelar pada tahun 1930, barulah Federasi Sepak bola Dunia (FIFA) secara resmi pada hari Selasa, 19 Februari 2013 mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk menggunakan unsur teknologi dalam mengambil sebuah keputusan di lapangan oleh wasit. Teknologi ini diberi nama Teknologi Garis Gawang (Goal Line Technology/GLT).

Dikutip dari Wikipedia Indonesia (www.id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_garis_gawang), dalam sepak bola, teknologi garis gawang (Inggris: goal-line technology disingkat GLT) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan bilamana bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dengan bantuan berbagai perangkat elektronik dan pada saat yang sama membantu wasit dalam menyatakan sebuah gol telah terjadi atau tidak. GLT tidak ditujukan untuk menggantikan peran wasit dan para hakim garis, namun lebih membantu mereka dalam membuat keputusan di lapangan pertandingan. GLT harus memberikan sebuah indikasi yang jelas mengenai apakah bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dan informasi ini nantinya berperan untuk membantu wasit dalam membuat keputusan akhir.

Penggunaan teknologi ini bukan tanpa alasan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa sepak bola sekarang ini membutuhkannya. Salah satunya yaitu untuk mengatasi pengambilan keputusan seorang wasit yang kontroversial di sejumlah pertandingan. Adanya gol-gol hantu yang sering terjadi di dalam lapangan, banyak juga wasit yang kurang jeli melihatnya baik itu hakim garis di pinggir lapangan maupun wasit yang berada di dalam lapangan. Sebutan "gol hantu" adalah istilah untuk menggambarkan keputusan yang menjadi perdebatan dimana melibatkan kontroversi mengenai apakah bola melewati garis gawang atau tidak. Semua orang yang berada dalam stadion memang tidak mengetahui begitu jelas secara langsung ketika gol hantu terjadi. Karena di dalam stadion tidak disediakan tayangan ulang. Justru para penonton diluar stadion dimana jumlah penonton lebih banyak yang secara jelas melihat gol-gol hantu, karena tayangan ulangnya ditampilkan berulang kali. Adapun pertandingan yang terkait dengan kasus garis gawang paling dikenang sepanjang sejarah sepak bola adalah sebagai berikut:

  1. Final Piala Dunia 1966 yang mempertemukan Inggris dengan Jerman.
  2. Leg Kedua Semifinal Liga Champions pada tahun 2005 (Liverpool melawan Chelsea).
  3. Putaran Kedua Piala Dunia 2010, Inggris melawan Jerman.
  4. Semifinal Piala FA 2012 (Chelsea melawan Tottenham).
  5. EURO tahun 2012 ketika Ukraina melawan Inggris.

Selain kelima pertandingan tersebut, kasus ini sering muncul di kompetisi level klub di Eropa seperti Liga Premier Inggris dan Liga Italia Seri A. Di Liga Spanyol juga pernah terjadi hal yang demikian. Berikut gambaran secara jelas tentang gol hantu.

[caption id="attachment_241448" align="aligncenter" width="605" caption="Gol Frank Lampard yang dianulir oleh wasit (Putaran Kedua Piala Dunia 2010) - sumber www.uploadimage.cn"][/caption] [caption id="attachment_241446" align="aligncenter" width="600" caption="Gol Muntari yang dianulir dimana bisa menentukan hasil scudetto saat itu - sumber www.migratoria.it"]

[/caption]

Meskipun FIFA telah meresmikannya, penggunaan teknologi ini masih ditolak oleh Federasi Sepak bola Eropa (UEFA) melalui pimpinan otoritas sepak bola tersebut yaitu Michel Platini. UEFA lebih memilih untuk tetap memakai satu wasit tambahan yang ditempatkan pada samping kiri setiap gawang. Menurut Platini dikutip dari (www.m.goal.com/s/id-ID/news/2509095), teknologi hanya akan membuat elemen kesalahan pada manusia tiada, padahal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi fans.

Namun, penggunaan enam wasit di setiap pertandingan ternyata tak lantas menjadi solusi mengambil keputusan di lapangan. Buktinya, hal demikian masih terjadi di pentas sebesar EURO pada tahun 2012 di babak penyisihan Grup D (Ukraina melawan Inggris). Saat itu, tendangan dari pemain Ukraina yaitu Marko Devic ke gawang Inggris berhasil ditendang keluar oleh bek yang bermain di klub Chelsea, John Terry. Tetapi dalam tayangan ulang, sangat jelas terlihat bahwa bola tersebut telah melewati garis gawang. Sayangnya, wasit tambahan yang berada di sisi gawang Inggris waktu itu memutuskan bahwa bola belum melewati garis. Hasilnya, Inggris menang tipis 1-0.

[caption id="attachment_241445" align="aligncenter" width="605" caption="Gol Marko Devic dihalau keluar oleh John Terry ketika Ukraina melawan Inggris di babak penyisihan Grup D EURO 2012 - sumber www.sharkfoot.fr"]

[/caption]

Setelah FIFA melakukan pengujian terhadap beberapa kandidat potensial untuk teknologi garis gawang, hanya dua sistem yang mampu berhasil bertahan. Dan pada 5 Juli 2012, International Football Association Board (IFAB) secara resmi menyetujui penggunaan teknologi garis gawang (GoalRef dan Hawk-Eye). Pengujian kedua dilakukan, dan hasilnya pada bulan Desember 2012 FIFA mengumumkan bahwa akan memperkenalkan teknologi tersebut untuk pertama kalinya melalui sebuah pertandingan kompetitif (Piala Dunia Antarklub FIFA 2012) di Jepang. Kedua teknologi akan digunakan di stadion tempat penyelenggaraan.

Sebenarnya sistem Hawk-Eye sudah digunakan di tenis dan cricket dan teknologi ini dimiliki oleh Perusahaan yang bernama Sony. Sedangkan GoalRef sendiri memang dirancang khusus untuk olahraga sepakbola. Di dalam teknologi GoalRef, bola akan dilengkapi teknologi khusus. Bola yang berteknologi, nantinya akan dideteksi oleh alat elektronik yang mana terpasang tepat di garis dalam gawang. Dengan salah satu teori fisika yang ada, prinsip kerja alat ini akan menggunakan Efek Doppler. Ketika bola melewati garis dalam, maka sensor dari alat sensor akan bekerja. Para pengusung GoalRef pun mengklaim, bahwa teknologi ini bisa cocok digunakan untuk segala jenis bola.

Tinggal menunggu kepastian dari IFAB saja, teknologi manakah yang nantinya sesuai dengan kebutuhan FIFA. Dan kabarnya, Liga Premier Inggris akan menggunakan satu dari dua pilihan teknologi yang ada di musim depan. Sedangkan untuk liga di Spanyol teknologi garis gawang ini masih akan digunakan dalam dua atau tiga tahun dari 2013.

Namun ternyata, ada dua  provider lagi yang mengajukan diri di awal tahun 2013 lalu yaitu Goal Control dan Cairos. Beberapa pihak pun memprediksi bahwa Hawk-Eye akan memenangi tender tersebut, tetapi perusahaan asal Inggris itu (Hawk-Eye) kalah saing dengan GoalControl. FIFA lebih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan asal Jerman tersebut. FIFA lebih berkenan dengan teknologi yang diusung GoalControl dan merekan pun menyisihkan tiga kompetitor lainnya.

Teknologi versi Jerman ini menggunakan kamera dengan kecepatan tinggi sebanyak 14 kamera, dimana akan ditempatkan di berbagai titik di sekitar stadion. Dengan kamera-kamera tersebut, maka tidak perlu modifikasi di lapangan-lapangan yang sudah berdiri.  Oleh karena kesederhanaan sistem yang ditawarkan tersebut, inilah yang membuat GoalControl menang di tender FIFA.

Penggunaan teknologi garis gawang (GoalControl) ini akan dipakai pada Piala Konfederasi 2013 yang akan digelar pada 15-30 Juni mendatang, jika penggunaannya lancar akan dilanjutkan di Piala Dunia 2014 di Brasil. Sehingga teknologi ini akan lebih sempurna untuk digunakan ke depannya di liga-liga domestik.

Semoga tidak terjadi lagi gol-gol hantu di pertandingan yang menentukan dan keputusan wasit pun bisa lebih dipercaya oleh setiap penonton baik di dalam maupun di luar stadion.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun