Mohon tunggu...
Juliette Evangeline Vincenzo
Juliette Evangeline Vincenzo Mohon Tunggu... Freelancer - Siswi Global Prestasi School

saya suka makan sushi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahaya Penggunaan Gawai sejak Usia Muda

17 Mei 2023   12:13 Diperbarui: 17 Mei 2023   12:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://foto.ekonomikro.com/2022/01/15/505-ilustrasi_anak_bermain_dengan_gawai_sehatq-800x450.jpg

Cukup banyak orang tua pada zaman sekarang berpikir bahwa mengenalkan gawai kepada anak sejak kecil adalah hal yang baik, tanpa mengetahui dampak positif dan negatifnya. Oleh karena itu, saat ini, tidak sedikit anak-anak yang bahkan di bawah umur 5 tahun sudah mulai memainkan gawai. 

Entah itu sekadar nonton atau bermain game. Pemberian gawai bagi anak di bawah 5 tahun sebaiknya hanya mengenai warna dan suara.  Terjadi sebuah kasus dimana seorang siswa SMP kelas 1 asal Desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang Raden Tri Sakti (12), meninggal dunia dengan diagnosa mengalami gangguan syaraf. Pihak keluarga menyebut penyakit yang dideritanya dikabarkan karena kecanduan bermain game online di telepon seluler.

Endang, paman Raden, menceritakan keponakannya sejak awal tahun mengeluhkan sakit kepala, bahkan tangan dan kakinya susah digerakkan. Sempat dirawat selama di RS Siloam, Endang mengatakan dokter yang merawatnya mengatakan gangguan saraf yang diderita keponakannya itu karena radiasi telepon seluler.

Tidak sedikit juga orang tua yang memberikan gawai kepada anaknya agar anak tersebut tidak rewel atau merepotkan orangtua saat mereka sedang mengerjakan hal lain. Cara ini memanglah efektif, namun cara ini dapat menjadi bumerang di kemudian hari jika anak sudah dibiasakan untuk mengakses gawai dengan bebas sejak kecil. Dalam ilmu sosiologi, lembaga sosial terbagi menjadi 2 fungsi, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah hal-hal yang disadari dan harapan banyak orang. Sementara fungsi laten adalah hal yang tidak disadari dan bukan tujuan utama banyak orang.

Fungsi manifes dari pemberian gawai kepada anak kecil adalah anak-anak dapat mengeksplorasi lebih luas dan menemukan permainan-permainan edukatif untuk merangsang otak mereka sedari kecil. Sehingga diharapkan bisa ditemukan suatu media belajar yang bisa membuat anak merasa senang.

Namun juga ada fungsi laten dari ini, contohnya adalah bisa saja malah anak menjadi lebih lambat dalam memahami pelajaran sekolah dan juga terhambatnya perkembangan anak akibat keseringan bermain gawai. Banyak juga hal yang tidak diinginkan yang bisa muncul saat sedang membahas internet. Mau baik ataupun buruk, bisa saja muncul kapan dan dimana saja. Sebagai contoh, seorang anak kecil ada yang sudah melihat dan menonton kekerasan karena kurangnya pembatasan oleh orang tua.

Pengenalan gawai sejak usia dini memang memiliki dampak positif dan dampak negatif masing-masing. Dampak negatifnya pun juga bukan suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Langkah paling awal untuk menghindari fungsi laten dari masalah ini adalah tentang pendidikan dasar untuk orang tua dahulu.

Penulis telah melakukan wawancara kepada salah satu orang tua siswi kelas 1 SMA, Ibu Icha, yakni ibu dari Khairani Meiza (16).
"Semua akan jauh lebih mudah jika orang tua dari anak sendiri sudah mengetahui dampak negatifnya dari gawai. Jika dari orang tua saja tidak mengetahuinya, apalagi anaknya." sebut Ibu Icha.

Orang tua sangat dianjurkan untuk membuat kebijakan penggunaan gawai yang proporsional. Kebijakan ini pun sebaiknya juga harus disepakati oleh anak.

Pendampingan proporsional yang dimaksud adalah memberi anak akses pada gawai sesuai usia. Kedua, sangat disarankan untuk orangtua membuat kesepakatan dengan anak mengenai screen time mereka per-hari dalam menggunakan gawai. Durasi screen time dapat ditambahkan seiring dengan pertambahan usia anak. Semakin dewasa, semakin banyak kepercayaan dan tanggung jawab yang dimiliki anak saat menggunakan gawai.  Orang tua sebaiknya tidak memberi akses penuh kepada anak setiap kali anak meminta HP. Ajarkan anak cara untuk meminta izin jika memang ingin bermain HP.

"Anak-anak harus disadarkan bahwa HP yang sedang digunakannya bukanlah miliknya." ucap Ibu Icha.

Terakhir, orang tua juga harus tetap memberikan contoh yang baik melalui perilaku yang diperlihatkan kepada anak-anak. Contohnya, janganlah bermain HP saat sedang makan, jika tidak ingin anak mengikuti dan melakukan hal yang sama. Terima kasih kepada seluruh pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca artikel singkat ini. Semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuan atau informasi baru yang berguna bagi orang lain yang membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun