Mohon tunggu...
Julita Hasanah
Julita Hasanah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Masih Mahasiswa

A Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Thrift Shopping, Aksiku Dukung NZE Dimulai dari Isi Lemari

24 Oktober 2021   20:12 Diperbarui: 24 Oktober 2021   20:18 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Outfit of The Day (OOTD) Mengenakan Pakaian Thrift (Dokumentasi Pribadi)
Outfit of The Day (OOTD) Mengenakan Pakaian Thrift (Dokumentasi Pribadi)

Aku tidak menyangka hubunganku dengan pakaian bekas akan berubah drastis, awalnya enggan kini justru berlangganan.

Tunggu Dulu, Bagaimana Thrifting Berkontribusi Menekan Emisi ? 

Dilansir dari situs World Bank, industri fesyen bertanggung jawab atas 10% dari emisi tahunan karbon dunia. Dijelaskan lebih jauh, hadirnya Fast Fashion memiliki konsekuensi terhadap produksi pakaian dengan kecepatan tinggi di seluruh pabrik tekstil global. Tak hanya itu, kegiatan pengiriman produk tekstil dan fesyen melibatkan penerbangan internasional dan pelayaran laut yang berkontribusi menghasilkan emisi. Tanpa penanganan serius, peneliti memprediksi emisi gas rumah kaca industri fesyen akan melonjak lebih dari 50% pada tahun 2030 mendatang.

Nah... selaras dengan penjelasan sebelumnya, lonjakan emisi karbon dunia tentunya akan mendorong terjadinya krisis iklim. Lalu, kita tinggal menunggu waktu menyambut dengan duka berbagai fenomena krisis iklim seperti banjir, kekeringan, kenaikan permukaan air laut,  dan kenaikan suhu bumi. Fenomena yang sebenarnya sudah kita rasakan dalam beberapa dekade belakangan ini.

Aku tidak bisa membayangkan jika lonjakan emisi karbon tidak bisa ditekan, berapa banyak bencana alam yang akan merundung masa depan anak cucu kita ? Terlebih, Climate Risk Country Profile yang dirilis World Bank Group, menyatakan Indonesia merupakan negara berstatus “highly vurnerable’ atau rentan terhadap dampak krisis iklim. Deretan panjang fakta di atas kembali menekankan pentingnya beralih menggunakan kembali (reuse) pakaian bekas sebagai upaya agresif yang dapat dilakukan anak muda dalam mengurangi jejak karbon.  Thrift Shopping juga membantu mengurangi sampah tekstil yang terbuang karena pemanfataan baju-baju tak terpakai/bekas secara berkelanjutan.

Biaya Lingkungan Yang Perlu Kita Bayar dari Selembar Pakaian Baru

“Di balik setiap gaun, celana jin, kemeja,  dan kaus kaki, ada biaya lingkungan yang perlu diperhitungkan”

Setiap kita membeli pakaian baru, label harga menunjukkan angka yang harus kita bayar. Fakta yang belum diketahui sebagian besar orang, bahwa ketika kita membeli pakaian baru, ada biaya terhadap lingkungan yang juga perlu diperhitungkan.

United Nations Environment Program (UNEP) melaporkan, dibutuhkan sebanyak 3.781 liter air untuk membuat sepotong celana jin. Selain itu, diperkirakan sekitar 33,4 kilogram karbon dihasilkan dalam proses  budidaya tanaman kapas hingga distribusi produk akhir sampai ke tangan konsumen. Itu hanya satu celana jin, bayangkan berapa besar biaya lingkungan untuk semua pakaian yang ada di lemari kita ?

Data statistik yang diterbitkan oleh Ellen MacArthur Foundation bersama United Nations Environment Program (UNEP) memberi gambaran mengenai dampak industri fesyen dari sisi lingkungan.

Tercatat, proses produksi pakaian menggunakan 93 miliar meter kubik air setiap tahunnya, setara dengan kebutuhan konsumsi lima juta orang. Selain itu, sekitar 20% air limbah di seluruh dunia berasal dari kegiatan pencelupan dan pengolahan kain. Aku kemudian dibuat semakin terkejut mengetahui bahwa sebanyak setengah juta ton mikro plastik yanmg berasal dari serat pakaian dibuang ke laut. Angka tersebut setara dengan 50 miliar botol plastik. Hal ini jelas membahayakan kesehatan manusia karena serat mikro tidak dapat diekstraksi dan menyebar ke seluruh rantai makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun