Tahun berganti tahun, Bapak sosok yang nyaris tak berubah.
Beliau tak pernah absen mendongeng keindahan Mekkah dan Madinah.
Katanya menunaikan ibadah haji adalah anugerah terindah.
Kemudian beliau bertitah, segerakan haji agar dapat memanen berkah.
Cerita Bapak akan ibadah haji yang beliau tunaikan bersama Almarhumah Nenek pada 20 tahun lalu tak henti menghiasi hari. Aku selalu dibuat takjub hingga tak sanggup membayangkan nikmat yang direngkuh dari menunaikan rukun islam kelima tersebut. Kemudian tumbuh niat menunaikan ibadah haji sebagai impian yang harus diperjuangkan tanpa tapi.
“Dulu sewaktu haji, Nenekmu berusia 80 tahun, sehingga banyak keterbatasan dalam melaksanakan ibadah di tanah suci.
Meski begitu beliau sangat bersemangat”
Sepenggal cerita Bapak di atas Aku jadikan pegangan bahwa menunaikan ibadah haji selagi muda adalah kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Data Kementrian Agama juga menunjukkan hal senada, dimana pada tahun 2019 lalu 63 persen jemaah haji didominasi oleh lansia. Hal tersebut menunjukkan faktor keuangan masih menjadi problema, sehingga masyarakat kita baru mampu menunaikan ibadah di saat usia sudah renta.
Sangat disayangkan, di samping harus menunda ibadah itu sendiri, serangkaian kegiatan selama di tanah suci memang memerlukan stamina dan tenaga, selain itu lansia juga memiliki risiko kesehatan yang cenderung lebih tinggi. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) juga menambahkan bahwa jarak antara pendaftaran dan pemberangkatan kurang lebih 20 tahun lamanya. Ketiga hal tersebut semakin menegaskan kembali pentingnya menunaikan ibadah haji selagi muda. Kubulatkan tekad, Aku harus ke tanah suci di usia muda.
Bukan hal mudah, Aku harus mulai dari mana ya ?
