Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyiksa Anak Dengan Kesenangan

6 Juni 2012   06:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20 9413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Julianto Simanjuntak** [caption id="attachment_180760" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber ilustrasi *)"][/caption] Sesungguhnya  tidak ada anak yang manja. Yang ada hanyalah anak yang dimanjakan Orangtuanya.  (BangJS) Anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarga keluarga yang serba ada, penuh kasih sayang tetapi kurang disiplin, menghasilkan anak manja. Semua keinginan mereka  relatif terpenuhi berlimpah. Ada banyak alasan  orangtua  memanjakan anak. Di kota besar alasan klasik adalah orangtua kasihan dengan anak yang ditinggal sendirian di rumah hanya dengan pembantu. Kesibukan kerja membuat mereka lebih mengikuti kemauan anak. Pemanjaan sebagai jalan mengatasi rasa bersalah. Semua fasilitaspun disediakan. Sementara itu ada  orangtua yang tergoda memanjakan anak karena trauma dengan masa lalunya yang sulit dan pahit. Hidup dalam kemiskinan (ortu) yang menyakitkan. Setelah dia menjadi "orang" alias kaya, dia mau anaknya senang. Fasilitas diberikan secara berlebihan. Tak jarang anak sampai taraf duduk di SMP, untuk membuat minumanpun  selalu sang Ibu atau pembantu yang menyediakan. Mengangkat tas ke mobil, dan sebagainya ada supir. Akibanya  anak tidak mandiri. Daya juangnya tidak bertumbuh. Harga diri mereka pun relatif rendah. Sebab harga diri mereka dibangun atas apa yang mereka miliki (secara lahiriah) bukan pada karakter dan nilai hidup yang sehat. Penyebab lainnya adalah hubungan batin dengan rang tua tidak terbangun, sehingga mereka cenderung menjadikan teman sebagai sarana curhat dan menghabiskan waktu. Jika mereka bertemu dengan teman yang salah, mereka mudah tersesat dalam pergaulan yang buruk. Apalagi mereka diberi uang jajan berlebihan. Akibat dimanjakan,  Daya tahan stres merekapun tidak terbangun dengan baik. Tantangan dan kesulitan menjadi barang mewah bagi anak yang dimanjakan ini. Hingga masa remaja Mereka tidak cakap membedakan mana itu keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dalam pengalaman kerja di beberapa pusat rehab dan depresi, kami menemukan banyak dari remaja tersebut besar dengan dimanjakan. Mereka tidak cakap mengelola konflik saat berada  di bangku SMP dan SMU. Mereka mulai  menghadapi pelbagai kesulitan yang mereka tidak jumpai di rumah. Apalagi saat menjumpai orangtuanya mulai keras dan kasar, tidak seperti dia masih duduk di sekolah TK dan SD. Akibatnya anak mudah stres, marah dan frustrasi, dan obat (narkoba) yang ditawarkan teman mereka  rasakan mampu meredakan konflik batin tersebut. Meski mereka mungkin tidak dampai menggunakan narkoba, daya juang mereka relatif rendah. Ini mempengaruhi prestasi studi dan jenjang karir. Tidak sedikit mereka berpindah-pindah kerja hanya dengan alasan tidak enak dan tidak cocok dengan rekan sekerja. Sebagai penutup tulisan ini, Penulis mengajak kita memikirkan hal ini. Bahwa hal yang menyiksa hidup (anak)  kita sesungguhnya bukanlah kesusahan tetapi justru kesenangan (berlebih). Mereka  yang  terbiasa dengan kesenangan, (sering) merasa tak pernah puas dengan kesenangan. Saat kesusahan datang dia bingung bukan kepalang serta sulit bersyukur. Mudah stres dan mencari jalan pintas, seperti drug hingga mencelakakan diri. Sedangkan  mereka yang  terbiasa hidup dengan disiplin dan hidup dengan kesusahan, justru lebih tahan banting dengan kesusahan. Mereka mudah terhibur dan menghargai kesenangan meski hanya sedikit. Mereka tertantang mengejar kesenangan (kesuksesan) secara sportif, bukan dengan jalan pintas karena fasilitas orangtua mereka. Bagi mereka kesulitan justru menjadi pemicu untuk maju dan  bertumbuh. Ketika sukses mereka menghargai proses lebih dari pada hasil. Semoga kita diberi hikmat, kasih dan kebijaksanaan mengasuh anak-anak titipanNya. Terhindar dari perilaku yang bisa menjadi "penyiksa" anak-anak dengan memanjakan mereka secara berlebihan. Artikel Lainnya: Jangan Nikah karena iba Atau kadung Intim Banyak Cocok, Sedikit Cekcok Ketrampilan Perkawinan Telanjang di depan Cermin Jangan Pernah "Mengemis" Cinta Julianto Simanjuntak "Bagikanlah penderitaan Anda, maka penderitaan Anda akan berkurang. Bagikanlah kebahagiaan Anda, maka kebahagiaan Anda akan bertambah" Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun