Ada argumen bahwa nama yang familiar dan mudah dipahami dapat membangun ikatan emosional yang lebih kuat dengan masyarakat. Jika masyarakat merasa nama rumah sakit mencerminkan nilai-nilai lokal mereka, ini bisa menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepercayaan.Â
Rasa belas kasih atau welas asih adalah fondasi penting dalam dunia medis, yang seharusnya memang dijalankan dengan empati dan kepedulian tinggi terhadap pasien. Dengan demikian, nama "Welas Asih" dapat menjadi reminder atau pengingat konstan bagi para tenaga medis untuk selalu mengedepankan pelayanan dengan hati.
Namun, di sisi lain, nama "Al Ihsan" sendiri sudah memiliki resonansi yang kuat. Banyak yang berpendapat bahwa "Al Ihsan" sebagai konsep kebaikan yang totalitas dan ikhlas, sudah sangat relevan dengan semangat pelayanan rumah sakit.Â
Bahkan, beberapa pihak khawatir bahwa pergantian nama ini justru akan mengaburkan sejarah dan nilai spiritual yang telah melekat pada institusi tersebut. Ada kekhawatiran bahwa ini bisa memicu perdebatan identitas yang tidak perlu, alih-alih berfokus pada inti masalah pelayanan.
Pertimbangan citra memang penting, tapi apakah citra yang lebih "lokal" ini cukup untuk menjawab tantangan fundamental dalam pelayanan kesehatan? Apakah masyarakat membutuhkan nama yang "lebih dekat dengan kalimat-kalimat" atau justru perbaikan fasilitas, peningkatan jumlah tenaga medis, ketersediaan obat, dan antrean yang lebih pendek?Â
Pertanyaan ini menggiring kita pada inti persoalan yakni apakah perubahan nama ini hanyalah sebuah kosmetik, ataukah ia merupakan simbol dari komitmen yang lebih dalam untuk revolusi pelayanan?
Masyarakat tentu berharap bahwa keputusan Dedi Mulyadi ini didasari oleh analisis mendalam dan bukan sekadar keinginan untuk "membuat jejak". Pergantian nama seyogyanya menjadi penanda dimulainya era baru dengan perbaikan nyata, bukan hanya perubahan di papan nama.Â
Jika nama baru "Welas Asih" hanya berhenti pada tingkatan branding tanpa dibarengi peningkatan kualitas signifikan, maka ia hanya akan menjadi ironi. Nama yang indah tanpa pelayanan yang prima akan terasa hampa.
Mengukur Janji: Akankah Selevel RS Hasan Sadikin?
Dedi Mulyadi tidak hanya berhenti pada pergantian nama. Ia juga menyampaikan janji ambisius: "Setelah ini pasti Al Ihsan (sekarang Welas Asih) akan saya tingkatkan sekelas RS Hasan Sadikin. Mungkin dalam dua tahun selesai bisa sekelas RS Hasan Sadikin." (Kompas.com, 2/7/2025).
Ini adalah janji yang sangat besar dan menarik perhatian. RS Hasan Sadikin (RSHS) dikenal sebagai rumah sakit rujukan tersier utama di Jawa Barat, dengan fasilitas lengkap, tenaga medis spesialis, dan reputasi yang mumpuni. Menyamakan RSUD Welas Asih dengan RSHS dalam waktu dua tahun adalah target yang sangat menantang.