Di sudut halaman rumahku yang tak seberapa luas, dekat pagar bambu yang mulai melapuk dimakan usia, sebatang tanaman cabai berdiri tegak. Bukan di tanah lapang, melainkan di dalam sebuah wadah plastik bekas, tempat ia menemukan rumah barunya tiga pekan lalu.Â
Kini, tanaman itu telah menjelma menjadi pemandangan yang menakjubkan, bunga-bunga putih kecil bermunculan dengan lebatnya, tanda bahwa buah-buah merah menyala akan segera menyusul.Â
Batangnya kokoh, daunnya hijau pekat, menunjukkan kesuburan yang luar biasa. Ini bukan sekadar tanaman biasa bagiku, ini adalah simbol kecil dari harapan besar, sebuah langkah sederhana menuju ketahanan pangan mandiri.
Melihat cabai ini tumbuh subur, aku teringat akan awal mulanya. Benih cabai ini berasal dari biji cabai yang kubeli di pasar. Setelah cabai-cabai itu kami gunakan untuk memasak, bijinya kulepaskan dengan hati-hati. Terlintas di benakku ide untuk mencoba menanamnya.Â
Awalnya, aku ragu. Aku bukan seorang pekebun ulung, dan pengalamanku menanam hanyalah sebatas menanam beberapa tanaman hias yang seringkali berakhir layu. Namun, dorongan untuk mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang bisa memberikan manfaat nyata, jauh lebih kuat daripada keraguan itu.Â
Aku memilih wadah plastik bekas cat sebagai potnya. Lubang-lubang kecil kubuat di bagian bawah agar air bisa mengalir. Tanah biasa dari halaman belakang kutambahkan, dicampur sedikit pupuk kompos sisa dari dapur.
Proses penanaman itu sendiri sangat sederhana. Biji-biji cabai kusebarkan di permukaan tanah, lalu sedikit kututup dengan lapisan tanah tipis. Setiap pagi dan sore, aku menyiramnya dengan air secukupnya.Â
Lokasinya aku pilih di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi, namun tidak terlalu terik di siang hari. Beberapa hari pertama, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Aku mulai berpikir, mungkin usahaku ini akan sia-sia.Â
Namun, aku tetap rutin menyiram dan mengeceknya. Setelah sekitar satu minggu, munculah tunas-tunas kecil berwarna hijau pucat. Rasanya ada kegembiraan yang meluap di dalam dada. Tunas-tunas itu sangat mungil, rapuh, namun penuh dengan potensi.
Seiring berjalannya waktu, tunas-tunas itu mulai membesar. Daun-daun sejati muncul, satu per satu, membentuk pola yang sempurna. Aku memperhatikan pertumbuhannya setiap hari. Ada rasa kagum yang tak bisa dijelaskan.Â
Bagaimana sebuah biji kecil bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang hidup dan berkembang? Ini adalah keajaiban alam yang terjadi tepat di depan mataku. Aku mulai memberikan perhatian lebih.Â