Sabtu, 7 Juni 2025 adalah hari kedua Idul Adha. Di Masjid Al Ikhlas, RT 07 RW 07, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat, suasana pagi itu sangat ramai. Meski hari libur Idul Adha 2025, banyak orang sudah berkumpul sejak pagi. Mereka datang untuk membantu pelaksanaan penyembelihan dan pengelolaan hewan kurban.
Di tengah kesibukan itu, ada satu kelompok yang terlihat sangat aktif dan terorganisir. Mereka adalah ibu-ibu dari Majelis Taklim Masjid Al Ikhlas. Ibu-ibu ini datang dengan semangat tinggi. Mereka siap membantu semua proses pengelolaan daging kurban.
Kelompok ibu-ibu majelis taklim ini dipimpin oleh Ibu Hj. Romyati, S.E. Ia adalah sosok yang dituakan di antara mereka. Dengan arahan Ibu Romyati, pekerjaan besar ini jadi lebih teratur. Setiap ibu tahu tugasnya masing-masing.
Tugas pertama yang mereka lakukan adalah pendataan calon penerima daging kurban. Ini bukan pekerjaan mudah. Mereka harus memastikan data warga yang berhak menerima daging kurban sudah lengkap dan benar. Setiap nama dicek ulang agar tidak ada yang terlewat atau dobel. Mereka juga harus memastikan daging kurban sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan.
Ibu-ibu ini membawa buku catatan dan pulpen. Mereka mengecek daftar nama dari RT dan RW. Ada yang mencocokkan alamat, ada juga yang bertanya langsung ke warga. Mereka bekerja dengan teliti. Proses pendataan ini penting agar distribusi daging kurban nanti berjalan lancar dan adil. Mereka tidak ingin ada warga yang merasa tidak diperhatikan.
Setelah pendataan selesai, tugas berikutnya adalah perecahan daging. Hewan kurban yang sudah disembelih dibawa ke tempat khusus. Di sana, para bapak-bapak bertugas memotong daging menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Namun, peran ibu-ibu tidak kalah penting. Mereka membantu mengelompokkan daging, memisahkan tulang dari daging, dan memastikan setiap bagian bersih.
Mereka juga membantu para bapak-bapak dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan. Ada yang menyiapkan kantong plastik, ada yang membersihkan wadah. Ibu-ibu ini bekerja dengan cekatan. Tangan mereka terampil membantu proses yang kadang kotor dan melelahkan ini. Bau amis daging tidak menjadi halangan bagi mereka.
Kemudian, datanglah tahap penimbangan daging. Ini adalah bagian yang sangat krusial. Setiap kantong daging harus ditimbang dengan berat yang sama. Tujuannya agar setiap penerima mendapatkan porsi yang adil. Ibu-ibu majelis taklim membentuk beberapa tim penimbangan.
Setiap tim punya tugasnya sendiri. Satu orang menimbang, satu orang mencatat, dan satu orang lagi memasukkan daging ke dalam kantong. Mereka menggunakan timbangan digital untuk memastikan akurasi. Angka-angka di timbangan harus pas. Mereka bekerja dengan fokus dan serius.
Seringkali, ada daging yang ukurannya sedikit berbeda. Ibu-ibu ini dengan sigap mengatur ulang. Mereka menambahkan atau mengurangi sedikit potongan daging agar beratnya pas sesuai standar. Mereka memastikan tidak ada yang dirugikan. Ketelitian adalah kunci utama di tahap ini.
Setelah semua daging ditimbang dan dimasukkan ke dalam kantong, tahap terakhir adalah pendistribusian daging kepada warga. Ini adalah puncak dari semua kerja keras mereka. Kantong-kantong daging yang sudah siap kemudian diangkut. Ibu-ibu majelis taklim ikut membantu mengangkat dan menyusun kantong-kantong daging tersebut.