Setiap usaha, besar atau kecil, pasti punya tantangan. Untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), salah satu tantangan paling berat seringkali ada di urusan gaji karyawan.Â
Ini bukan cuma soal punya uang atau tidak, tapi juga tentang bagaimana menjaga semangat pekerja, sementara bisnis sendiri masih merangkak naik.Â
Pertanyaan besarnya, mampukah UMKM memberi gaji karyawan yang layak, dan maukah karyawan bertahan dengan kondisi yang ada? Ini adalah dilema yang seringkali bikin pusing para pemilik UMKM.
Hari ini, Sabtu, 14 Juni 2025 saya berkunjung ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Daerah ini terkenal dengan UMKM-nya yang beragam dan unik.Â
Ada desa yang khusus membuat batik rumahan, ada pembuat gerobak angkringan khas Yogya, sampai pengrajin cobek.Â
Saat ngobrol dengan para pemilik usaha di sana, saya jadi lebih paham betapa rumitnya urusan gaji UMKM ini.
Kerajinan Batik Rumahan di Desa Jarum Klaten
Pertama, saya mampir ke sentra kerajinan batik rumahan di Desa Jarum, Klaten. Di sana, banyak ibu-ibu atau bapak-bapak yang bekerja sebagai pembatik atau bagian dari proses produksi batik.Â
Mereka rata-rata punya keahlian turun-temurun. Kualitas batiknya bagus, prosesnya juga cukup rumit dan butuh ketelitian.
Salah satu pemilik UMKM batik, Pak Suroto, cerita kalau dia kesulitan mencari pekerja muda. "Yang mau sabar membatik itu sekarang susah. Generasi muda lebih suka kerja di pabrik atau di kota," katanya, di desa Jarum, Bayat, Klaten.
Alasannya jelas, gaji karyawan di pabrik atau perusahaan di kota lebih jelas dan biasanya lebih tinggi, ditambah tunjangan lain.