Dunia kerja terus berubah cepat. Setiap tahun, ada hal baru yang muncul, dan perusahaan harus bisa ikut. Sekarang, generasi baru yang disebut Gen Z mulai banyak bekerja. Mereka punya cara pandang dan harapan yang berbeda sekali dari orang-orang sebelumnya. Ini jadi tantangan besar, tapi juga kesempatan, bagi setiap perusahaan.Â
Supaya perusahaan bisa terus maju, mereka butuh tim yang kuat dan bisa beradaptasi. Dan untuk punya tim yang kuat, terutama yang diisi Gen Z, dua bagian penting di perusahaan harus bekerja sama erat: HRD (Human Resources Department) dan User (pemimpin tim atau manajer langsung).
Selama ini, HRD dan User sering bekerja sendiri-sendiri. HRD fokus mencari karyawan baru, mengatur gaji, dan mengurus semua aturan perusahaan. Sementara itu, User lebih sibuk dengan pekerjaan timnya sehari-hari, memastikan target tercapai, dan mengatur anggota tim yang sudah ada. Dua bagian ini sering punya cara kerja yang berbeda, seolah ada tembok yang tidak terlihat di antara mereka. Tembok ini sering disebut sekat divisi.
Tapi, di era Gen Z, tembok ini harus dirobohkan. Gen Z itu punya ciri khusus. Mereka suka pekerjaan yang punya tujuan jelas, lingkungan kerja yang tidak kaku, teknologi yang canggih, dan kesempatan untuk terus belajar hal baru. Mereka juga sangat butuh masukan atau umpan balik yang cepat dan sering. Semua hal ini membuat cara merekrut dan mengelola mereka jadi lebih kompleks.
Di sinilah ujian sebenarnya bagi HRD dan User. Mereka harus membuktikan diri. Mampukah mereka menjadi arsitek yang merancang dan membangun tim Gen Z yang benar-benar unggul? Bisakah mereka menghapus batas sekat divisi dan bekerja sebagai satu tim yang utuh? Jawabannya akan menentukan apakah perusahaan bisa melaju atau malah tertinggal di era persaingan ini.
HRD punya peran yang sangat besar di awal. Mereka adalah pihak pertama yang bertemu kandidat Gen Z. HRD yang tahu semua data tentang pasar kerja: berapa gaji yang wajar, apa saja posisi yang banyak dicari, dan tren apa yang sedang terjadi di dunia kerja. Mereka tahu cara membuat iklan lowongan kerja yang menarik, menggunakan alat tes yang pas untuk memilih kandidat, dan memastikan proses rekrutmen itu adil untuk semua orang.
Selain itu, HRD juga bertanggung jawab membentuk budaya perusahaan yang cocok untuk Gen Z. Mereka merencanakan bagaimana karyawan baru akan dikenalkan pada perusahaan (orientasi), serta program pelatihan dan pengembangan diri yang Gen Z butuhkan. HRD juga mengurus kesejahteraan karyawan, termasuk kesehatan mental mereka, yang sangat penting bagi Gen Z. Tanpa HRD yang cerdas dan mau berubah, Gen Z mungkin tidak akan mau bergabung atau tidak akan betah lama di perusahaan.
Namun, peran User tidak kalah penting. User adalah bos langsung yang akan bekerja dengan Gen Z setiap hari. Merekalah yang paling tahu apa yang dibutuhkan oleh timnya: skill khusus apa yang kurang, apakah sifat kandidat akan cocok dengan anggota tim yang sudah ada, dan bagaimana karyawan baru itu bisa langsung membantu proyek atau pekerjaan tim.
User juga yang akan membimbing Gen Z di awal-awal mereka bekerja. Mereka yang memberikan tugas, memberikan masukan rutin, dan memastikan Gen Z merasa menjadi bagian dari tim. User adalah cermin dari pengalaman kerja sehari-hari Gen Z di lapangan. Jika User tidak siap atau tidak mengerti Gen Z, sebagus apa pun proses rekrutmen oleh HRD, Gen Z mungkin akan kesulitan beradaptasi dan bisa saja memilih untuk mencari pekerjaan lain.
Coba bayangkan ini: HRD berhasil merekrut Gen Z yang profilnya sangat bagus di atas kertas, tapi User merasa Gen Z itu tidak punya skill yang benar-benar dibutuhkan timnya. Atau sebaliknya, User meminta kriteria yang sangat sulit dicari, membuat HRD kewalahan mencari kandidat yang pas. Inilah yang disebut batas sekat divisi, dan ini sering kali menghambat.
Agar bisa membangun tim Gen Z yang benar-benar unggul, HRD dan User tidak boleh lagi bekerja sendiri-sendiri. Mereka harus bekerja sebagai arsitek yang merancang dan membangun bersama. Ini berarti mereka harus merencanakan seluruh proses, dari merekrut sampai mengembangkan karyawan Gen Z, secara terpadu.