Unun tembakau adalah proses penting bagi petani di Kabupaten Bandung. Ini bukan sekadar mengeringkan daun tembakau. Unun adalah tahapan krusial yang menentukan kualitas akhir tembakau. Kualitas ini nantinya akan memengaruhi harga jual dan ekonomi petani. Tanpa unun yang baik, nilai panen bisa turun drastis, meski daunnya tumbuh subur di ladang.
Di Desa Margaasih, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, praktik unun tembakau sudah jadi bagian hidup sehari-hari. Petani seperti Pak Idin (55) telah melakukan proses ini selama puluhan tahun. Bagi mereka, unun adalah puncak dari seluruh kerja keras menanam tembakau. Ini adalah titik di mana hasil jerih payah mereka akan ditentukan.
Pak Idin menjelaskan, "Unun itu intinya mengeringkan daun tembakau secara perlahan. Tujuannya supaya daunnya matang sempurna. Nanti warnanya bagus, aromanya keluar, rasanya juga pas. Kalau langsung dijemur keras di matahari, daunnya bisa gosong atau pecah-pecah. Jadi, unun ini kayak mematangkan buah, tapi ini daun tembakau."
Proses unun dimulai setelah daun tembakau dipanen. Petani memilih daun-daun yang sudah matang di pohonnya. Kematangan daun sangat penting. Daun yang terlalu muda atau terlalu tua tidak akan menghasilkan kualitas unun yang optimal. Ini adalah tahap pertama dari "dialog" tersebut, di mana petani membaca isyarat dari tanaman itu sendiri.
Setelah dipetik, daun-daun tembakau ini tidak langsung dikeringkan begitu saja. Ada proses persiapan awal. Daun-daun tersebut akan digantung atau ditata rapi dalam sebuah struktur khusus. Tujuannya adalah memastikan setiap helai daun mendapatkan sirkulasi udara yang cukup. Penataan yang buruk bisa menyebabkan pembusukan atau pertumbuhan jamur pada daun.
Tempat untuk unun tembakau biasanya berupa gudang khusus. Gudang ini dibangun dengan desain yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik. Beberapa gudang memiliki ventilasi yang bisa dibuka tutup. Petani sering menyebutnya "rumah unun" atau "gudang pengeringan". Di sinilah daun-daun akan "berdialog" dengan udara dan suhu sekitar.
"Gudang unun ini penting sekali," kata Pak Idin, yang saya temui pada Sabtu, 31 Mei 2025. "Harus ada angin yang masuk, tapi jangan terlalu kencang. Terus suhu di dalamnya juga dijaga. Kalau terlalu panas, daun cepat kering tapi nanti kualitasnya kurang. Kalau dingin terus, bisa jamuran. Makanya ini butuh pengalaman dan feeling,"jelasnya.
Ada beberapa metode unun yang umum dipakai di Margaasih dan daerah Bandung lainnya. Salah satunya adalah curing udara atau pengeringan alami. Daun-daun digantung di gudang terbuka atau semi-terbuka. Proses ini mengandalkan aliran udara alami dan suhu lingkungan. Metode ini memerlukan waktu lebih lama, namun diyakini menghasilkan tembakau dengan aroma dan rasa yang lebih halus dan alami.
Metode lain adalah curing api atau pengeringan dengan panas buatan. Di sini, api atau panas dari tungku digunakan untuk mempercepat proses pengeringan. Asap dari pembakaran bisa memberikan aroma khas pada tembakau. Namun, metode ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah daun gosong atau terlalu kering. Pengawasan ketat diperlukan agar tembakau tidak rusak.
Pilihan metode unun seringkali tergantung pada jenis tembakau, kondisi cuaca, dan preferensi pasar. Setiap jenis tembakau mungkin bereaksi berbeda terhadap metode pengeringan tertentu. Petani harus memahami karakteristik tembakau yang mereka tanam. Ini adalah bagian dari "dialog" mereka dengan tanaman, di mana mereka menyesuaikan teknik dengan sifat alami tembakau untuk mendapatkan hasil terbaik.
Selama proses unun, perubahan fisik pada daun tembakau mulai terlihat jelas. Warna daun yang awalnya hijau segar akan perlahan berubah menjadi kuning, kemudian cokelat keemasan. Perubahan warna ini adalah indikator penting bagi petani. Mereka memantau perubahan ini setiap hari, kadang beberapa kali sehari. Mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk menyesuaikan kondisi di gudang, seperti membuka atau menutup ventilasi.