Di jantung Kota Bandung, tepatnya di Jalan Palasari Kecamatan Lengkong, yang ramai, bersemayam sebuah oase literasi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi intelektual kota ini selama beberapa dekade.Â
Pasar Buku Palasari, dengan deretan kios-kios sederhananya yang menjajakan ribuan judul buku bekas dan langka, telah menjadi saksi bisu perubahan zaman, tempat bertemunya para pencinta buku dari berbagai generasi, dan sumber ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.Â
Namun, di era digital yang serba cepat ini, dengan gempuran buku elektronik dan kecerdasan buatan yang semakin merajalela, eksistensi Pasar Buku Palasari berada di persimpangan jalan yang krusial.
Pertanyaan yang menggelayuti benak para pedagang buku, para pengunjung setia, dan bahkan para pengamat literasi adalah apakah era digital dan AI akan menjadi "napas terakhir" bagi pesona dan relevansi pasar buku fisik tradisional seperti Palasari?Â
Ataukah tantangan ini justru akan memicu "awal baru," sebuah transformasi yang akan memungkinkan Palasari untuk terus bernapas, beradaptasi, dan bahkan berkembang di tengah lanskap literasi yang terus berubah?
Gempuran buku digital telah mengubah cara masyarakat mengakses informasi dan menikmati karya sastra.Â
Kemudahan membawa ribuan buku dalam satu perangkat, harga yang seringkali lebih terjangkau, dan fitur-fitur interaktif yang ditawarkan oleh platform digital telah menarik perhatian banyak pembaca, terutama generasi muda yang tumbuh besar di era internet.Â
Sementara itu, kecerdasan buatan (AI) semakin berperan dalam merekomendasikan bacaan, menganalisis preferensi pembaca, dan bahkan menghasilkan konten literasi baru, semakin memperketat persaingan bagi pasar buku fisik.
Di tengah arus perubahan yang deras ini, Pasar Buku Palasari memiliki keunikan dan keunggulan yang mungkin sulit direplikasi oleh platform digital.Â
Sensasi fisik memegang buku, mencium aroma kertas tua, dan membalik halaman demi halaman memberikan pengalaman membaca yang berbeda dan mendalam.Â
Bagi sebagian orang, ritual ini memiliki nilai sentimental dan memberikan koneksi yang lebih kuat dengan karya yang dibaca.