Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Nakal Digembleng di Barak: Antara Solusi atau Krisis Pengasuhan Kita

17 Mei 2025   14:24 Diperbarui: 17 Mei 2025   14:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puluhan siswa SMP di Cianjur, Jawa Barat, berjalan menuju barak militer di Yonif Raider 300, Selasa (6/5/2025). | KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN

Di Jawa Barat, sebuah pendekatan unik dalam menangani anak-anak yang dianggap nakal mencuat melalui kebijakan yang digagas oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Kebijakan tersebut melibatkan pengiriman anak-anak dengan perilaku bermasalah untuk dididik dan digembleng di lingkungan barak militer. Langkah ini diambil dengan harapan dapat menanamkan kedisiplinan dan mengubah perilaku negatif anak-anak tersebut.

Gagasan di balik kebijakan ini adalah bahwa lingkungan militer yang terstruktur, dengan aturan yang tegas dan penekanan pada kedisiplinan, dapat memberikan efek positif bagi anak-anak yang dianggap sulit diatur. Diharapkan, pengalaman di barak militer akan membentuk karakter yang lebih baik, menanamkan rasa hormat, dan mengurangi kecenderungan untuk melanggar aturan.

Namun, kebijakan ini juga memicu perdebatan dan pertanyaan mendasar. Apakah mengirim anak-anak yang nakal ke barak militer merupakan solusi yang tepat dan efektif? Ataukah langkah ini justru mencerminkan adanya krisis dalam pola pengasuhan dan sistem pendidikan kita?

Kenakalan anak adalah fenomena kompleks yang memiliki banyak akar penyebab. Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga yang tidak kondusif, kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua, pengaruh buruk dari teman sebaya, hingga masalah psikologis yang mendasarinya dapat berkontribusi terhadap perilaku anak yang dianggap menyimpang.

Dalam konteks ini, menyederhanakan masalah dengan mengirim anak ke barak militer tanpa memahami akar permasalahannya dikhawatirkan tidak akan menyelesaikan masalah secara mendasar. Perubahan perilaku yang mungkin terjadi di lingkungan barak yang penuh tekanan bisa jadi bersifat sementara dan tidak bertahan lama setelah anak kembali ke lingkungan asalnya.

Kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang peran dan tanggung jawab orang tua serta sistem pendidikan dalam menangani anak-anak dengan perilaku bermasalah. Apakah pengiriman ke barak militer merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab atau justru upaya terakhir ketika metode pengasuhan dan pendidikan konvensional dianggap gagal?

Rumah dan sekolah seharusnya menjadi fondasi utama dalam pembentukan karakter anak. Di rumah, orang tua memiliki peran penting dalam memberikan kasih sayang, bimbingan moral, dan menanamkan nilai-nilai positif. Di sekolah, guru bertugas tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga mendidik siswa menjadi individu yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

Ketika anak menunjukkan perilaku nakal, hal ini seringkali menjadi indikasi adanya masalah yang lebih dalam yang perlu diidentifikasi dan ditangani secara tepat. Alih-alih langsung mengambil tindakan represif seperti mengirim ke barak militer, pendekatan yang lebih konstruktif adalah mencari tahu penyebab perilaku tersebut dan memberikan intervensi yang sesuai.

Intervensi tersebut bisa berupa konseling psikologis, terapi keluarga, program pembinaan karakter yang lebih intensif di sekolah, atau bahkan perubahan dalam pola pengasuhan di rumah. Mengirim anak ke lingkungan militer yang keras tanpa mempertimbangkan kebutuhan psikologis dan emosional mereka dapat berpotensi menimbulkan trauma dan dampak negatif jangka panjang.

Kebijakan pengiriman anak nakal ke barak militer di Jawa Barat, meskipun mungkin memiliki tujuan yang baik untuk mengatasi kenakalan remaja, perlu dikaji lebih dalam dari perspektif psikologi anak dan pendidikan. Apakah lingkungan militer yang penuh tekanan dan aturan ketat merupakan tempat yang ideal untuk menumbuhkan karakter positif pada anak-anak yang sedang mencari jati diri?

Pendidikan karakter yang efektif membutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan berpusat pada anak. Membangun hubungan yang positif antara orang tua, guru, dan anak, menciptakan lingkungan yang aman dan suportif, serta memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan potensi diri secara positif adalah langkah-langkah yang lebih berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun