Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Di Tengah Badai PHK, Anomali Positif dari Rumah Singgah Roda dan SMK di Bandung, Mampu dan Bersinar

16 Mei 2025   20:45 Diperbarui: 17 Mei 2025   07:33 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang mekanik di bengkel lajuardi Kota Bandung sedang mengerjakan perbaikan kendaraan, Kamis (15/5/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) saat ini menjadi hal yang menghantui berbagai sektor perekonomian dan dunia kerja. Krisis ekonomi yang melanda memaksa banyak perusahaan, tanpa memandang skala, untuk mengambil langkah efisiensi yang menyakitkan, dan PHK menjadi salah satu pilihan yang sering diambil. Alasan efisiensi dan berbagai pertimbangan lainnya menjadi justifikasi di balik keputusan sulit ini.

Namun, di tengah arus suram PHK yang melanda, Kota Bandung justru menghadirkan sebuah pemandangan yang kontras. Sebuah harapan muncul dari sebuah bengkel mobil sederhana yang terletak di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Rancasari. 

Bengkel ini, yang penulis sebut sebagai Rumah Singgah Roda, menunjukkan sebuah anomali yang patut disyukuri. Alih-alih mengurangi jumlah pekerja, bengkel Lajuardi ini justru membuka pintu bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL), bahkan mengikat mereka dengan kontrak kerja.

Pada Kamis, 15 Mei 2025, penulis berkesempatan untuk mendapatkan keterangan langsung dari pengelola bengkel Lajuardi, Bapak Agus (59). Ia mengungkapkan bahwa saat ini ada tiga orang siswa SMK dari sekolah-sekolah di sekitar bengkel yang sedang melaksanakan PKL di tempatnya. 

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa ia sangat terkesan dengan kinerja dan dedikasi yang ditunjukkan oleh para siswa tersebut. Mereka bekerja dengan sangat baik dan menunjukkan potensi yang luar biasa.

Selain menerima siswa PKL, bengkel yang dikelola oleh Bapak Agus ini juga setiap harinya dipenuhi oleh pelanggan. Kepercayaan masyarakat terhadap layanan yang diberikan oleh bengkel Lajuardi menjadi alasan utama mengapa bengkel ini selalu ramai. Ia menekankan bahwa kepuasan pelanggan adalah prioritas utama, dan mereka selalu berusaha memberikan layanan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

Dalam hal ini, bengkel Lajuardi dapat dikatakan "Mampu." Kemampuan di sini merujuk pada kemampuannya untuk tetap menerima pegawai atau mekanik, termasuk para siswa SMK yang diikat kontrak kerja, karena bengkelnya terus kebanjiran konsumen atau pelanggan. Tingginya kepercayaan pelanggan ini memberikan stabilitas ekonomi bagi bengkel, sehingga memungkinkan mereka untuk terus berkembang dan bahkan menambah sumber daya manusia.

Sementara itu, para siswa SMK yang bekerja di bengkel Lajuardi dapat diibaratkan "Bersinar." Mereka menunjukkan kemampuan keahlian yang mumpuni, kejujuran dalam bekerja, keuletan dalam menyelesaikan tugas, serta berbagai kualitas relevan lainnya yang membuat mereka menonjol. Kesempatan PKL yang berlanjut menjadi kontrak kerja adalah bukti nyata bahwa potensi dan kinerja mereka diakui dan dihargai.

Kisah dari Rumah Singgah Roda ini menjadi sebuah oase di tengah gurun PHK. Ini membuktikan bahwa di tengah kesulitan ekonomi, masih ada sektor usaha yang mampu bertahan dan bahkan berkembang dengan strategi yang tepat dan pandangan yang positif terhadap sumber daya manusia. 

Langkah Bapak Agus dalam menerima dan mengontrak siswa SMK bukan hanya memberikan kesempatan berharga bagi para siswa untuk mengembangkan karir, tetapi juga menunjukkan bahwa investasi pada generasi muda dapat menjadi kunci keberhasilan usaha.

Anomali positif yang ditunjukkan oleh bengkel Lajuardi ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh inspiratif bagi pelaku usaha lainnya. Di saat banyak perusahaan memilih jalan pintas dengan melakukan pengurangan tenaga kerja, Bapak Agus justru melihat potensi dalam diri para siswa SMK dan memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan berkontribusi. Kisah ini mengingatkan kita bahwa krisis ekonomi tidak harus selalu direspon dengan pesimisme dan PHK. Dengan inovasi, pelayanan yang baik, dan kepercayaan pada potensi lokal, kita dapat menemukan cara untuk tetap bertahan dan bahkan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun