Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Makan Bergizi Gratis: Bukti Nyata Ketidakprofesionalan Tata Kelola, Evaluasi Diri BGN!

3 Mei 2025   19:51 Diperbarui: 3 Mei 2025   19:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Makan bergizi gratis. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Gelombang keprihatinan dan kemarahan melanda Jawa Barat seiring dengan merebaknya kabar mengenai ratusan siswa yang mengalami keracunan setelah mengonsumsi hidangan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Sebuah inisiatif mulia yang bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi bagi para pelajar justru berujung pada malapetaka kesehatan yang tak terduga. Ironisnya, kejadian ini menjadi bukti nyata adanya ketidakprofesionalan yang mendasar dalam tata kelola program yang seharusnya menjadi andalan pemerintah ini.

Salah satu insiden yang mencoreng citra program MBG terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur. Pada hari Senin, 21 April 2025, sebanyak 21 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan yang mengkhawatirkan, meliputi pusing, mual, hingga muntah. 

Gejala-gejala ini muncul tak lama setelah mereka menyantap makanan MBG yang disediakan oleh pihak sekolah. Kejadian ini sontak menimbulkan kepanikan dan keresahan di kalangan siswa, orang tua, serta pihak sekolah. Pertanyaan mengenai standar keamanan dan kualitas makanan pun langsung menyeruak.

Tak berselang lama, kabar buruk kembali datang dari Kota Bandung. Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 35 Bandung juga mengalami nasib serupa. Mereka dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap makan siang yang merupakan bagian dari program MBG. 

Skala kejadian yang lebih besar di Bandung semakin mempertegas adanya permasalahan serius dan sistemik dalam implementasi program yang seharusnya memberikan manfaat positif bagi kesehatan para siswa.

Tragedi keracunan akibat program MBG ternyata tidak hanya terbatas pada wilayah Cianjur dan Bandung. Puluhan siswa dari berbagai jenjang pendidikan di Kecamatan Rajapolah, Tasikmalaya, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), juga dilaporkan mengalami gejala keracunan. 

Gejala yang mereka alami pun beragam, mulai dari diare, muntah, hingga mual, mengindikasikan adanya kontaminasi yang meluas pada makanan yang mereka konsumsi. Kejadian ini semakin memperparah citra program MBG dan menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat.

Lebih memprihatinkan lagi, laporan mengenai kasus keracunan pasca mengonsumsi makanan program serupa juga bermunculan dari luar wilayah Jawa Barat. Di Bombana, Sulawesi Tenggara, kejadian serupa menimpa sejumlah siswa, semakin menguatkan dugaan adanya permasalahan fundamental dalam pengelolaan dan implementasi program MBG di tingkat nasional. 

Rangkaian kejadian ini menjadi tamparan keras bagi Badan Gizi Nasional (BGN) dan seluruh pihak yang memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan dan keamanan program ini.

Rentetan kasus keracunan massal ini secara gamblang memperlihatkan adanya ketidakprofesionalan yang mendasar dalam tata kelola program Makan Bergizi Gratis. Mulai dari proses pengadaan bahan baku yang mungkin tidak terstandarisasi, metode persiapan makanan yang kurang higienis, hingga sistem distribusi dan pengawasan kualitas yang lemah, semuanya berkontribusi pada terjadinya tragedi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun