Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syukuran Panggilan Haji: Momentum Sebelum Safar, Merekatkan Ikatan dan Menabur Doa

26 April 2025   11:54 Diperbarui: 26 April 2025   11:54 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syukuran panggilan haji (walimatussafar haji), Bapak Miskun dan Ibu Tati, Arcamanik, Kota Bandung, Sabtu (26/4/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Pagi hari ini, Sabtu, 26 April 2025, yang bertepatan dengan 27 Syawal 1446 Hijriah, suasana hangat dan penuh syukur menyelimuti lingkungan kami. Hari ini, kami memiliki kesempatan istimewa untuk bisa menghadiri sebuah undangan syukuran panggilan haji, atau yang dalam tradisi sering disebut walimatussafar haji, sebuah momen sakral sebelum dimulainya perjalanan spiritual yang agung.

Undangan ini datang dari tetangga tercinta kami, Bapak Miskun dan Ibu Tati. Raut wajah mereka memancarkan kebahagiaan dan ketenangan yang luar biasa, merefleksikan betapa besar nikmat yang mereka terima tahun ini, yaitu mendapat panggilan untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, ibadah haji ke Baitullah.

Sebagai bagian dari kloter pertama jemaah calon haji yang akan berangkat pada tanggal 3 Mei 2025, waktu yang tersisa bagi Bapak Miskun dan Ibu Tati di tanah air ini tinggal menghitung hari. Momen syukuran ini menjadi sangat penting, bukan hanya sebagai formalitas pamitan, tetapi lebih dari itu, sebagai kesempatan untuk saling merekatkan ikatan dan menghimpun bekal doa dari orang-orang terdekat.

Rumah mereka pagi ini tampak dipenuhi oleh sanak saudara, kerabat, serta para tetangga dari berbagai penjuru. Tenda sederhana didirikan di halaman, kursi-kursi tertata rapi, dan aroma masakan khas syukuran mulai tercium, menambah suasana keakraban dan kekeluargaan yang begitu kental.

Acara dimulai dengan penuh kekhusyukan, diawali dengan lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Quran. Bacaan ini seolah membawa kesejukan dan ketenangan ke dalam hati setiap hadirin, mengingatkan kembali akan kebesaran Ilahi dan tujuan utama dari perjalanan spiritual yang akan segera dilaksanakan. Ayat-ayat yang dibacakan terasa menggetarkan jiwa, mempersiapkan hati untuk menyambut tamu-tamu Allah yang akan segera bertolak.

Keberkahan pembacaan Al-Quran ini menciptakan fondasi spiritual yang kuat bagi seluruh rangkaian acara. Suasana hening, hanya terdengar suara qari yang syahdu, membuat setiap orang yang hadir merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, sekaligus mendoakan keselamatan dan kelancaran bagi Bapak Miskun dan Ibu Tati.

Setelah pembacaan ayat suci selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan keluarga. Dalam sambutannya, perwakilan keluarga menyampaikan rasa syukur yang tak terhingga atas karunia Allah yang telah memanggil Bapak Miskun dan Ibu Tati untuk berhaji. Mereka juga menyampaikan permohonan maaf yang tulus dari kedua calon jemaah haji atas segala khilaf dan salah selama berinteraksi dengan keluarga dan tetangga.

Sambutan ini menjadi momen refleksi bagi kita semua, mengingatkan betapa pentingnya saling memaafkan sebelum memulai perjalanan suci. Permohonan doa restu pun tak lupa disampaikan, memohon agar perjalanan ibadah haji berjalan lancar, diberi kesehatan, kemudahan dalam setiap rukun ibadah, dan kembali dengan selamat menyandang predikat haji mabrur.

Raut wajah Bapak Miskun dan Ibu Tati terlihat menahan haru saat perwakilan keluarga menyampaikan pesan-pesan tersebut. Mereka sesekali mengangguk, mata mereka berkaca-kaca, menunjukkan betapa dalamnya makna acara ini bagi mereka dan keluarga besar. Ini adalah momen di mana beban dilepaskan dan hati dikuatkan oleh dukungan orang-orang tercinta.

Puncak kekhusyukan acara ini adalah sesi doa bersama. Seorang ustadz memimpin doa, dan seluruh hadirin dengan penuh khidmat mengangkat tangan, mengamini setiap untaian doa yang dipanjatkan. Ini adalah esensi dari "menabur doa", di mana setiap orang yang hadir turut berkontribusi dalam membekali perjalanan haji dengan doa-doa terbaik.

Doa yang dipanjatkan meliputi permohonan keselamatan selama di perjalanan pergi dan pulang, kesehatan fisik dan mental yang prima selama menunaikan ibadah di Tanah Suci yang padat, kemudahan dalam melaksanakan setiap rukun dan wajib haji, serta perlindungan dari segala marabahaya dan godaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun