Hari Selasa kemarin, tanggal 22 April 2025, kita bersama-sama kembali memperingati Hari Bumi Sedunia. Sebuah momen penting yang setiap tahunnya mengingatkan kita akan tanggung jawab besar yang kita pikul terhadap satu-satunya rumah yang kita punya, yaitu planet Bumi.
Peringatan Hari Bumi tahun ini terasa semakin relevan dengan mengusung tema yang sangat kuat dan menggugah, "Kekuatan Kita, Planet Kita". Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan sebuah seruan universal yang menekankan betapa krusialnya peran setiap individu, komunitas, hingga pemerintah dalam menjaga kelestarian Bumi.
Ketika merenungi tema "Kekuatan Kita, Planet Kita" ini, sebuah pemikiran mendalam muncul di benak saya. Kekuatan diri kita sebagai manusia untuk berkontribusi dalam merawat Bumi ini sebenarnya sangatlah besar dan memiliki potensi luar biasa, seringkali lebih besar dari yang kita bayangkan.
Potensi kekuatan itu menjadi semakin signifikan dan nyata ketika kita mau dan mampu memberdayakan diri untuk memulai aksi dari lingkup terkecil namun paling penting, yaitu dari rumah kita sendiri. Lingkungan rumah adalah titik awal di mana kebiasaan baik terbentuk dan dampak positif mulai menyebar.
Mencintai dan merawat Bumi adalah konsep yang sangat luas, mencakup berbagai tindakan nyata yang bisa kita lakukan sehari-hari. Dua di antaranya yang paling fundamental dan memiliki dampak langsung adalah dengan menanam pohon atau tumbuhan serta mengelola limbah yang kita hasilkan di lingkungan rumah sendiri.
Berbicara mengenai aksi nyata dari rumah, khususnya dalam konteks Hari Bumi Sedunia 2025 ini, saya teringat pengalaman inspiratif dari seorang sahabat saya. Ia adalah contoh nyata dari "kekuatan dari rumah" yang terus menerus melakukan aksi positif bagi lingkungan dan keluarganya.
Sahabat saya ini, dengan tekun dan konsisten, hingga saat ini terus menanam aneka jenis tanaman yang bermanfaat, khususnya bagi sumber pangan keluarganya. Baginya, berkebun di rumah bukan sekadar hobi, melainkan bagian dari upaya menjaga keberlanjutan dan kemandirian.
Salah satu inisiatif luar biasa yang ia mulai di awal tahun 2025 ini adalah memanfaatkan limbah rumah tangga yang paling umum kita temui: wadah plastik bekas. Ia mengumpulkan wadah-wadah plastik yang biasanya berakhir di tempat sampah, seperti botol air mineral, jerigen, atau wadah bekas lainnya.
Dengan kreativitas dan niat yang kuat, ia tidak membiarkan wadah-wadah plastik tersebut menumpuk menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Sebaliknya, ia melihat potensi lain dalam benda-benda itu, mengubahnya menjadi media tanam yang fungsional dan ramah lingkungan.
Dimulai secara sederhana, sahabat saya mulai menanam talas di wadah-wadah plastik bekas yang sudah disiapkannya. Ia memilih talas karena relatif mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit, dan memiliki manfaat ganda, baik daun, batang, maupun umbinya.
Ia memulai dengan sekitar 20 wadah plastik bekas yang berukuran bervariasi. Wadah-wadah tersebut diisi dengan tanah dan kompos sederhana, kemudian ditanami bibit-bibit talas yang diperolehnya dari kerabat atau pasar tradisional.