Indonesia kembali berduka dengan kepergian seorang legenda musik dan film, Titiek Puspa. Kabar duka ini membawa serta cerita pilu mengenai kondisi kesehatan sang maestro sebelum mengembuskan napas terakhirnya.Â
Dikabarkan bahwa sebelum berpulang, Titiek Puspa sempat mengalami serangan stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Kondisi medis yang dikenal sebagai stroke hemoragik ini merupakan salah satu jenis stroke yang paling mematikan dan memerlukan penanganan medis segera.
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan pendarahan di dalam atau di sekitar otak. Peristiwa ini sangat berbahaya karena darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah dapat menekan jaringan otak, merusak sel-sel otak, dan mengganggu fungsi normal otak. Kondisi ini berbeda dengan stroke iskemik, yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah yang menghambat aliran darah ke otak.
Pecahnya pembuluh darah di otak bukanlah kejadian yang bisa dianggap remeh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang seringkali saling berkaitan. Memahami penyebab-penyebab ini menjadi penting untuk meningkatkan kesadaran dan upaya pencegahan terhadap ancaman stroke hemoragik.
Salah satu penyebab utama pecahnya pembuluh darah di otak adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat melemahkan dinding pembuluh darah, membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan akhirnya pecah. Oleh karena itu, menjaga tekanan darah dalam batas normal melalui gaya hidup sehat dan pengobatan yang tepat sangat krusial.
Selain hipertensi, aneurisma otak juga menjadi faktor risiko signifikan. Aneurisma adalah benjolan atau pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah otak. Dinding pembuluh darah yang melemah pada area aneurisma lebih berisiko untuk pecah, terutama jika tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.
Malformasi arteriovenosa (AVM) merupakan kelainan bawaan pada pembuluh darah di otak di mana arteri dan vena terhubung secara tidak normal, tanpa melalui jaringan kapiler. Pembuluh darah yang abnormal ini lebih rapuh dan berpotensi pecah, menyebabkan pendarahan di otak.
Cedera kepala traumatis juga dapat menjadi pemicu pecahnya pembuluh darah di otak. Benturan keras pada kepala dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan, baik secara langsung maupun beberapa waktu setelah kejadian.
Faktor-faktor lain seperti usia lanjut, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik. Kondisi-kondisi ini dapat berkontribusi pada melemahnya dinding pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan terjadinya pecah.
Penting untuk dipahami bahwa stroke hemoragik dapat terjadi secara tiba-tiba dan seringkali tanpa peringatan yang jelas. Gejala yang mungkin timbul meliputi sakit kepala hebat yang datang tiba-tiba, mual dan muntah, kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami perkataan, gangguan penglihatan, kehilangan keseimbangan, dan bahkan penurunan kesadaran.
Ketika gejala-gejala tersebut muncul, penanganan medis segera sangat krusial. Keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan dapat berakibat fatal atau menyebabkan kerusakan otak permanen yang signifikan. Tim medis akan melakukan berbagai pemeriksaan, termasuk pemindaian otak seperti CT scan atau MRI, untuk mengidentifikasi lokasi dan luas pendarahan.