Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ulen Jabar Banten Rumahan: Si Kenyal yang Dirindukan! Lezat Nikmat, Penawar Perut Perih

7 April 2025   17:42 Diperbarui: 7 April 2025   17:42 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulen ketan buatan sendiri. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Sejak semarak Ramadan menyelimuti kampung halaman hingga kehangatan Idulfitri di bulan Syawal tahun ini, dapur keluarga kami tak pernah sepi dari aktivitas mengolah berbagai hidangan tradisional yang selalu dinanti. Di antara beragam cita rasa klasik yang memanjakan lidah, ada satu hidangan yang kehadirannya selalu istimewa dan dirindukan, ulen ketan. Makanan khas Jawa Barat dan Banten ini, dengan teksturnya yang kenyal dan rasanya yang gurih, memiliki tempat tersendiri di hati setiap anggota keluarga.

Proses pembuatan ulen ketan di rumah kami selalu menjadi momen kebersamaan yang hangat. Dimulai dari pemilihan beras ketan berkualitas, yang kemudian direndam semalaman agar menghasilkan tekstur yang sempurna. Keesokan harinya, beras ketan yang telah lembut dikukus hingga matang, menebarkan aroma harum yang khas ke seluruh penjuru rumah. Aroma inilah yang selalu membangkitkan kenangan masa kecil, tentang kumpul keluarga dan hidangan sederhana namun penuh cinta.

Setelah matang, nasi ketan panas kemudian ditumbuk secara tradisional menggunakan alu dan lesung kayu. Proses ini membutuhkan tenaga dan kesabaran, namun di sinilah letak keunikan ulen ketan rumahan. Tumbukan manual menghasilkan tekstur yang lebih kasar namun justru memberikan sensasi kenyal yang khas dan berbeda dari ulen yang diolah menggunakan mesin. Suara tumbukan yang ritmis seolah menjadi melodi yang mengiringi kebersamaan kami di dapur.

Tak lengkap rasanya ulen ketan tanpa kehadiran parutan kelapa segar yang memberikan cita rasa gurih dan aroma yang semakin menggugah selera. Kelapa parut ini kemudian dicampurkan dengan nasi ketan yang masih hangat, diaduk rata hingga semua bahan menyatu sempurna. Beberapa keluarga menambahkan sedikit garam untuk memperkuat rasa gurih, sementara yang lain lebih suka rasaOriginal beras ketan yang dominan.

Cara menikmati ulen ketan pun beragam, sesuai dengan selera masing-masing. Ada yang lebih suka menikmatinya original tanpa tambahan apapun, merasakan kelezatan alami beras ketan dan kelapa. Namun, yang paling populer adalah menyantapnya dengan siraman gula merah cair yang manis legit, atau dicocol dengan sambal oncom pedas yang memberikan sensasi rasa yang namun harmonis. Perpaduan rasa kenyal, gurih, manis, dan pedas inilah yang membuat ulen ketan begitu digemari.

Di tengah kesibukan dan modernitas saat ini, tradisi membuat ulen ketan di rumah tetap kami pertahankan. Bukan hanya karena rasanya yang lezat, tetapi juga karena nilai-nilai kebersamaan dan warisan budaya yang terkandung di dalamnya. Setiap gigitan ulen ketan rumahan seolah membawa kita kembali ke akar tradisi, mengingatkan akan kesederhanaan dan kehangatan keluarga di kampung halaman.

Lebih dari sekadar camilan, ulen ketan bagi kami juga merupakan "penawar perut perih," bukan hanya secara fisik karena kandungan karbohidratnya yang mengenyangkan, tetapi juga secara emosional. Kehadirannya selalu membawa rasa nyaman dan bahagia, mengingatkan akan kasih sayang dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Aroma dan rasanya mampu menghapus rasa rindu kampung halaman, terutama bagi anggota keluarga yang merantau.

Ulen ketan rumahan yang kami buat selama Ramadan dan Syawal tahun ini menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap momen berkumpul. Ia hadir di meja makan saat berbuka puasa, menjadi teman setia saat bersantai setelah salat tarawih, dan menjadi hidangan istimewa saat merayakan Idulfitri bersama sanak saudara. Keberadaannya selalu disambut dengan senyum dan antusiasme, karena semua tahu betapa lezat dan nikmatnya jajanan tradisional ini.

Setiap potong ulen ketan yang kenyal dan gurih seolah menyimpan cerita tentang kebersamaan, tradisi, dan cinta keluarga. Proses pembuatannya yang melibatkan banyak tangan, mulai dari memilih beras hingga menumbuk dan menyajikannya, mempererat tali silaturahmi di antara kami. Ulen ketan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol dari ikatan keluarga yang kuat dan warisan budaya yang kami jaga dengan sepenuh hati.

Kehangatan Ramadan dan kebahagiaan Syawal tahun ini semakin terasa lengkap dengan kehadiran ulen ketan rumahan. Ia menjadi pengingat akan nilai-nilai luhur tradisi dan pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Rasa lezat dan nikmatnya bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga menenangkan hati dan mengobati rasa rindu akan kampung halaman.

Bagi kami, ulen ketan rumahan adalah representasi dari cinta dan tradisi yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Ia adalah hidangan sederhana yang selalu dirindukan, kelezatannya selalu dinanti, dan kehadirannya selalu membawa kebahagiaan. Si kenyal yang selalu dirindukan ini akan terus menjadi bagian dari cerita keluarga kami, dari generasi ke generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun