Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pertamax Rasa 'Aduan', Minyakita Kurang 'Kasihan': Potret Buram Pengawasan Produk

9 Maret 2025   06:24 Diperbarui: 9 Maret 2025   06:24 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Pengawasan produk. | Image by Unsplash.com/Haneen Krimly

Gelombang kekecewaan masyarakat terhadap kualitas produk dalam negeri kembali memuncak. Setelah keluhan demi keluhan terkait dugaan pengoplosan Pertamax dengan Pertalite membanjiri ruang publik, kini muncul kasus baru yang tak kalah memprihatinkan. 

Minyakita, minyak goreng yang seharusnya menjadi penyelamat bagi kantong rakyat kecil, justru diduga diperjualbelikan dengan takaran yang tidak sesuai. Dari yang seharusnya 1 liter, isinya menyusut menjadi hanya 750 atau 800 mililiter. 

Fenomena ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan potret buram pengawasan produk yang mengindikasikan adanya celah besar dalam sistem perlindungan konsumen.

Kasus Pertamax dan Minyakita adalah dua sisi dari koin yang sama, yaitu lemahnya pengawasan dan penegakan hukum. Keluhan konsumen yang seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan produsen, seringkali diabaikan atau ditanggapi dengan lambat. 

Akibatnya, praktik-praktik kecurangan seperti pengoplosan dan pengurangan takaran terus berulang, merugikan masyarakat dan mencoreng citra produk dalam negeri.

Lalu, di mana letak kesalahan dalam sistem pengawasan kita? Mengapa keluhan konsumen seringkali tidak diindahkan? Dan yang terpenting, bagaimana kita dapat memperbaiki sistem ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali?

Pertamax Rasa 'Aduan': Lemahnya Respons terhadap Keluhan Konsumen

Keluhan konsumen terkait dugaan pengoplosan Pertamax muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari laporan perbedaan performa kendaraan hingga kecurigaan terhadap praktik curang di SPBU. 

Konsumen merasa ada penurunan kualitas bahan bakar, yang berdampak pada efisiensi dan daya tahan mesin. Namun, respons yang diberikan oleh Pertamina dan pemerintah dinilai lambat dan kurang memadai. 

Klarifikasi yang diberikan seringkali tidak menjawab kekhawatiran konsumen, dan tindakan nyata untuk menginvestigasi dan menindak pelaku kecurangan terkesan lamban.

Lambatnya respons ini menimbulkan kekecewaan dan hilangnya kepercayaan konsumen. Mereka merasa diabaikan dan tidak dihargai sebagai pengguna produk. Dampak psikologisnya adalah munculnya rasa was-was dan ketidakpastian setiap kali mengisi bahan bakar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun