Gelombang kekecewaan masyarakat terhadap kualitas produk dalam negeri kembali memuncak. Setelah keluhan demi keluhan terkait dugaan pengoplosan Pertamax dengan Pertalite membanjiri ruang publik, kini muncul kasus baru yang tak kalah memprihatinkan.Â
Minyakita, minyak goreng yang seharusnya menjadi penyelamat bagi kantong rakyat kecil, justru diduga diperjualbelikan dengan takaran yang tidak sesuai. Dari yang seharusnya 1 liter, isinya menyusut menjadi hanya 750 atau 800 mililiter.Â
Fenomena ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan potret buram pengawasan produk yang mengindikasikan adanya celah besar dalam sistem perlindungan konsumen.
Kasus Pertamax dan Minyakita adalah dua sisi dari koin yang sama, yaitu lemahnya pengawasan dan penegakan hukum. Keluhan konsumen yang seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan produsen, seringkali diabaikan atau ditanggapi dengan lambat.Â
Akibatnya, praktik-praktik kecurangan seperti pengoplosan dan pengurangan takaran terus berulang, merugikan masyarakat dan mencoreng citra produk dalam negeri.
Lalu, di mana letak kesalahan dalam sistem pengawasan kita? Mengapa keluhan konsumen seringkali tidak diindahkan? Dan yang terpenting, bagaimana kita dapat memperbaiki sistem ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali?
Pertamax Rasa 'Aduan': Lemahnya Respons terhadap Keluhan Konsumen
Keluhan konsumen terkait dugaan pengoplosan Pertamax muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari laporan perbedaan performa kendaraan hingga kecurigaan terhadap praktik curang di SPBU.Â
Konsumen merasa ada penurunan kualitas bahan bakar, yang berdampak pada efisiensi dan daya tahan mesin. Namun, respons yang diberikan oleh Pertamina dan pemerintah dinilai lambat dan kurang memadai.Â
Klarifikasi yang diberikan seringkali tidak menjawab kekhawatiran konsumen, dan tindakan nyata untuk menginvestigasi dan menindak pelaku kecurangan terkesan lamban.
Lambatnya respons ini menimbulkan kekecewaan dan hilangnya kepercayaan konsumen. Mereka merasa diabaikan dan tidak dihargai sebagai pengguna produk. Dampak psikologisnya adalah munculnya rasa was-was dan ketidakpastian setiap kali mengisi bahan bakar.Â