Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masalah Seringkali Muncul dari Ekspektasi yang Tidak Realistis, Lalu Bagaimana?

28 Februari 2025   06:57 Diperbarui: 28 Februari 2025   06:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Masalah seringkali muncul dari ekspektasi yang tidak realistis. | Image by Unsplash.com/Curated Lifestyle

Dalam perjalanan kehidupan, kita sering kali dihadapkan pada berbagai masalah yang seolah tak berkesudahan. Salah satu akar penyebab dari masalah-masalah tersebut adalah ekspektasi yang tidak realistis. 

Ekspektasi, sebagai harapan atau keyakinan akan sesuatu, memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan respons kita terhadap dunia. Namun, ketika ekspektasi tersebut melampaui batas realitas, ia dapat menjadi sumber kekecewaan, frustrasi, dan masalah yang berkelanjutan.

Apa Itu Ekspektasi Tidak Realistis?

Ekspektasi tidak realistis seringkali berakar dari keinginan kita untuk mengontrol hasil, padahal banyak faktor di luar kendali kita yang memengaruhi suatu situasi. Misalnya, mengharapkan pasangan untuk selalu memahami dan memenuhi semua kebutuhan kita tanpa pernah ada konflik adalah ekspektasi yang tidak realistis. 

Manusia adalah makhluk yang kompleks dengan kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Begitu pula dalam karier, mengharapkan promosi instan atau kesuksesan tanpa usaha yang signifikan mengabaikan realitas persaingan dan proses pembelajaran yang panjang. 

Ekspektasi yang tidak realistis juga sering kali dipicu oleh perbandingan sosial, terutama di era media sosial. Kita melihat kilauan kehidupan orang lain tanpa mengetahui perjuangan dan tantangan yang mereka hadapi. Hal ini dapat menciptakan ilusi bahwa hidup mereka sempurna dan memicu ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri kita sendiri.

Di samping itu, ekspektasi yang tidak realistis dapat berasal dari kurangnya pemahaman tentang diri sendiri. Kita mungkin memiliki harapan yang tinggi terhadap kemampuan atau potensi kita tanpa mempertimbangkan keterbatasan atau kelemahan yang ada. 

Misalnya, mengharapkan diri sendiri untuk menjadi ahli dalam segala hal atau menguasai keterampilan baru dalam waktu singkat adalah ekspektasi yang tidak realistis. 

Setiap orang memiliki batas kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Penting untuk mengenali dan menerima keterbatasan diri agar ekspektasi yang kita tetapkan lebih realistis. Pengalaman masa lalu juga dapat memengaruhi ekspektasi kita. 

Jika kita pernah mengalami kesuksesan besar atau kegagalan yang traumatis, kita mungkin memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap diri kita sendiri di masa depan. Penting untuk belajar dari pengalaman masa lalu tanpa membiarkannya mendikte ekspektasi kita di masa kini.

Ekspektasi yang tidak realistis tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain. Ketika kita memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap orang lain, kita cenderung menjadi kritis, menghakimi, dan tidak toleran. Hal ini dapat merusak hubungan dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun