Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sedekade Dana Desa: Mimpi Desa Mandiri, Mimpi yang Ternoda Korupsi?

22 Februari 2025   13:55 Diperbarui: 22 Februari 2025   13:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Korupsi. | Image by SHUTTERSTOCK/PIXEL-SHOT via KOMPAS.COM

Satu dekade telah berlalu sejak program Dana Desa diluncurkan, sebuah inisiatif ambisius yang digadang-gadang akan membawa perubahan signifikan bagi desa-desa di seluruh Indonesia.

Mimpi besar terukir yakni desa-desa mandiri, berdaya, dan sejahtera. Dana Desa diharapkan menjadi katalisator pembangunan, memicu pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan infrastruktur, dan memberdayakan masyarakat desa.

Namun, setelah 10 tahun berjalan, realitas tak seindah harapan. Alih-alih menjadi tonggak kemajuan, Dana Desa justru kerap kali menjadi sorotan negatif akibat kasus korupsi yang mencoreng citranya.

Dana yang seharusnya menjadi modal pembangunan, justru diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Laporan fiktif, mark-up anggaran, dan penyalahgunaan wewenang menjadi pemandangan yang tak jarang ditemui.

Mengapa mimpi besar ini ternoda? Salah satu faktor utama adalah lemahnya sistem pengawasan. Transparansi yang seharusnya menjadi pilar utama, seringkali diabaikan.

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan pun masih minim, sementara kapasitas aparatur desa dalam pengelolaan keuangan belum sepenuhnya memadai. Akibatnya, celah korupsi semakin lebar, dan para pelaku dengan leluasa memanfaatkan kesempatan.

Modus korupsi Dana Desa pun beragam, mulai dari pembuatan laporan fiktif, penggelembungan anggaran, hingga penyalahgunaan dana untuk kepentingan pribadi.

Praktik-praktik kotor ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghambat pembangunan desa dan merusak kepercayaan masyarakat.

Ironisnya, di tengah melimpahnya dana yang dikucurkan, masih banyak desa yang tertinggal. Infrastruktur yang seharusnya dibangun, terbengkalai. Program-program pemberdayaan masyarakat yang seharusnya berjalan, mandek.

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan ini semakin mempertegas pertanyaan, apakah mimpi desa mandiri hanya akan menjadi ilusi belaka?

Tentu saja, tidak semua desa mengalami nasib serupa. Masih banyak desa yang berhasil memanfaatkan Dana Desa dengan baik, menunjukkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun