Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal "KaburAjaDulu", "PR" Besar untuk Ibu Pertiwi

19 Februari 2025   17:06 Diperbarui: 19 Februari 2025   17:06 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Milenial. #KaburAjaDulu. | Image by Unsplash.com/Gabut Production

Fenomena "KaburAjaDulu" yang belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di kalangan generasi muda, bukanlah sekadar tren sesaat. Ungkapan ini, yang mencerminkan keinginan untuk meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain, merupakan sinyal kuat adanya permasalahan mendasar yang perlu segera ditangani oleh bangsa ini.

Akar Permasalahan

Kondisi ekonomi yang tidak stabil menjadi pemicu utama keinginan untuk "KaburAjaDulu". Kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi, terutama bagi lulusan baru, menciptakan rasa frustrasi. Upah yang tidak sebanding dengan biaya hidup, terutama di kota-kota besar, memaksa banyak anak muda untuk berjuang keras hanya untuk bertahan hidup. 

Ketidakpastian ekonomi akibat inflasi dan resesi global semakin memperparah situasi ini. Banyak yang merasa bahwa kerja keras mereka tidak dihargai, dan mencari peluang yang lebih baik di negara lain menjadi pilihan yang menarik.

Selain masalah ekonomi, kondisi sosial-politik juga menjadi faktor pendorong. Korupsi yang masih merajalela di berbagai sektor pemerintahan dan swasta menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem. Ketidakadilan hukum dan penegakan hukum yang lemah membuat banyak orang merasa tidak aman dan tidak dilindungi. 

Polarisasi politik yang tajam dan intoleransi menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan. Kesenjangan sosial yang sangat terlihat antara si kaya dan si miskin menciptakan rasa iri dan ketidakadilan. Semua faktor ini membuat banyak anak muda merasa bahwa negara ini tidak memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang.

Terakhir, kualitas pendidikan dan kualitas hidup juga menjadi pertimbangan penting. Kurikulum pendidikan yang dianggap kurang relevan dengan kebutuhan industri membuat lulusan kesulitan bersaing di pasar kerja. Kualitas tenaga pendidik yang tidak merata, terutama di daerah-daerah terpencil, menciptakan kesenjangan pendidikan. 

Akses pendidikan yang belum merata membuat banyak anak muda dari keluarga kurang mampu tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka. Kualitas lingkungan hidup yang memburuk, terutama di kota-kota besar, menciptakan kekhawatiran tentang kesehatan dan masa depan. 

Kualitas pelayanan publik yang belum optimal, seperti kesehatan dan transportasi, menambah beban hidup. Kurangnya ruang untuk berekspresi dan berkreasi membuat banyak anak muda merasa terkekang.

Dampak Negatif

Dampak negatif dari fenomena "KaburAjaDulu" tidak hanya terbatas pada hilangnya potensi sumber daya manusia, tetapi juga merambat ke aspek sosial dan psikologis bangsa. Brain drain, atau hilangnya tenaga ahli, akan menghambat inovasi dan kemajuan teknologi di Indonesia, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi daya saing bangsa di kancah global. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun