Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Puasa Boleh Aktifitas Lancar

6 Agustus 2011   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan penuh berkah orang-orang pinter pada omong. Ayatpun bilang, hadis lebih menguatkan lagi. Di bulan ini para artispun tetep lancar rejekinya dengan menjadi mode apapun baik di waktu sahur maupun berbuka. Yang pasti ga buka-bukan lah ya, itunya di sensor dulu. Bagi si miskinpun keberuntungan tersendiri karena ada teman sekarang dalam kesedihan tidak makan 3 kali sehari. Paling ga waktu buka puasa cukup hemat biaya dengan datang ke mushola atau langgar dan masjid setempat minta jatah jaburan (buka bersama ala masjid ditempatku). Bagi si pelit juga boleh unjuk gigi dengan mendarmakan 1% masukannya. Dan bagi yang dermawan lebih murah hati karena ada teman berdarma dan berbagi.

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain hatinya. Aneka macem tingkah laku di bulan ini disulap tampilannya menjadi mode yang lebih sok alim, sok luhur, sok-sok sok dan sok. Jadi Suk-sukan rejeki pahala, sampai malaikatpun bingung dan kerepotan membagi hadiah pahala kepada umat. Meskipun begitu tetap ada satu tingkah yang ga boleh ditinggalkan tentunya. Apa itu? Moralitas masih dipertanyakan, ntah bagi diri saya sendiri, teman-teman, artis apalagi pejabat negara ini.

Sebulan tidak korupsi saya pikir itu sudah barang yang sulitnya minta ampun bagi pejabat negara. Sebulan berkata jujur apalagi TANDA TANYA BESAR. Lingkup lahiriah yang dikejar sudah menjadi tradisi dan bahkan budaya di negeri ini, sehingga lupa bahwa hatinya penuh duri. Sang duri menancap kuat bagai pasak bumi tertimbun gunung maha meru. Beramal sih boleh saja asal tetangga tahu, apalagi artis-artis kita nih, sampai kompasiana memberikan halaman sendiri khusus para seleb. Ulamapun kebanjiran rejeki karena berkhotbah kesana kemari. Sementara bagi seniman tradisi terpaksa harus gigit jari tidak bisa mengais rejeki, ada job pun itu pasti tidak mendapat upah.

Lalu apa yang membedakan dan yang disebut dengan kemuliaan bulan puasapun kini berubah dan dikondisikan menjadi ladang gersang penggugah gaya pisik. Hanya orang-orang tertentu yang memanfaatkannya sebagai lahan penuh tumbuhan berbuah apik. Perbekalan sebelum puasapun sudah ditimbun untuk menghadapi puasa, bagi kalangan tertentu puasa bisa lebih boros karena memang sengaja untuk memanjakan diri dengan menu yang dianggap istimewa di waktu sahur dan waktu berbuka.

Berbicara puasa pasti tak luput dari korupsi dan kejujuran juga kan. Berarti keterbukaan dan menahan untuk tidak korupsi di lapisan pejabat sebenarnya ditantang dengan keberadaan bulan ini. Berkah bagi negara jika mereka sebulan tidak korupsi, berkah bagi hukum negara jika mereka sebulan dikondisikan dalam kejujuran. Tetapi beranikah mereka? Saya yakin dan sangat yakin, mereka tidak akan berani. Karena itu sudah menjadi rantai kuat yang mengakar, sehingga rasa ketakutan mereka melebihi harta apapun yang mereka miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun