Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kunthi Menangis

21 Juni 2011   23:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:18 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hati siapa yang tega, rasa siapa yang iklas, dan manusia macam mana yang mau? Hanya demi harkat dan martabat terpaksa membuang anaknya sendiri. Nasib malang itu ada pada Kunti. Sore itu habis dia melahirkan anaknya dari "telinganya". Dengan terpaksa dia harus menyusui anaknya yang pertama hasil buah cinta yang sesaat dengan Batara Surya, dan air susu itu adalah pertama dan terakhir kalinya diterima si bayi kecil mungil yang sejak lahir sudah punya kalung bercirikan dewa matahari tersebut.

"Kunti, jangan buat malu keluarga besar Mandura, buang anak itu, atau kejayaan bangsa Mandura tercemar oleh aib yang kamu sandang."

Kata-kata kakaknya Basudewa it selalu berkumandang jelas di telinganya. Kenapa dengan martabat bangsa, kenapa dengan kejayaan negara selalu mengalahkan nurani kemanusiaan. Karena adanya negara selalu ada perebutan kekuasaan, karena nama sebuah bangsa, tega membunuh bangsa lain tanpa kompromi. Karena hukum kenegaraan sebuah bangsa dengan bebas membunuh makhluk bangsa lain seperti yang diterima oleh Ruyati. Dan masih ngantri lebih dari 20 orang TKW Indonesia menunggu di ajang penyembilan manusia. KARENA HUKUM, dan KARENA NAMA BAIK SEBUAH BANGSA, Kunti tidak bisa menjawab dan menolak untuk dipisahkan dengan anaknya. Kejamnya sebuah bangsa, untuk apa berbangsa? kalau nurani kemanusiaan diperdagangkan? Untuk apa berbangsa kalau Ibu harus berpisah dengan anaknya, demi nama baik, toh besok dikemudian hari akan terbongkar juga semua aib. Aib selamanya tetap aib, dan bangkai akan membusuk, dari busuk akan menusuk hidung baunya.

Sore itu tangisan Kunti tak bisa dibendung, sementara Batara Surya segera redup sinarnya, dia ikut sedih, seakan enggan bersinar, enggan menjalankan tugas dan rutinitasnya. Jika diijinkan ingin rasanya Surya berhenti dari jabatan. Namun semua harus dilalui demi kehidupan itu sendiri. Ya demi kehidupan, kehidupan Kunti, kehidupan anaknya Suryatmaja, kehidupan negara Mandura dan demi kejayaan anaknya kelak. Begitu juga demi kehidupan Bangsa Indonesia Ruyati di pancung, belajarlah dari peristiwa ini. Kenapa Kunti harus berpisah? Kenapa Ruyati harus dipancung? Karena kebodohan adalah jawabnya. Kenapa bodoh?

Kebodohan di bangsa ini sudah menjamur, rakyat jelata, selamanya selalu jadi budak di negeri ini, meskipun samar terlihat. Kunti bodoh dan merasa bodoh, membuat dia ingin belajar, dan sudah tentu di awal orang belajar selalu melakukan kesalahan. Siapa yang salah? Gurunya atau muridnya? Dilema itu adalah jawaban. Siapa tak senang ketika awal belajar mengeja hurup, menghafal angka-angka dari 0 - 9, dari a - z, dari ha - nga, dari alif - ya dan seterusnya. Pasti akan senang menyusun sebuah kalimat. Begitu juga Kunti, dia senang mencoba mantra "Aji Pameling" pemberian gurunya, dan iseng bermain mantra di saat dia telanjang di kamar mandi, Batara Surya yang dipanggil. Mantra itu untuk memuja dewa dan bersenggama dengan dewa. Tanpa di sadari Kunti hamil. Dan dari kehamilan buah hasil dari rasa isengnya itu, dia dianggap sebagai aib bagi negaranya. Siapa yang salah?

Ruyati mengalami kebodohan, sehingga membuat dia kerja jadi PRT, berhubung PRT di negeri sendiri juga sulit di dapat, diapun pergi ke luar negeri untuk mendapat tambahan gaji. Meskipun harus potong sana, potong sini, kebanyakan potongan-potongan calo terselubung, yang sembunyi di balik kenestapaan tenaga seorang yang bodoh. Berjasa dia memberi gaji bagi orang pinter yang membuatnya bodoh. Siapa sebenarnya yang bodoh? Kalau sudah tahu Ruyati bodoh, kenapa diijinkan kerja di negara yang banyak aturan itu? Siapa sebenarnya yang BODOH? Membiarkan rakyatnya tetap dalam kebodohan? Siapa yang bodoh, dengan mengadakan biaya pendidikan yang mahal? Dimana letak kata-kata "MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA". Kenapa Ruyati bodoh? Kalau pinter dia pasti kerja jadi calonya, dan ga mungkin lehernya terpengga.

Kunti anak raja, dia bisa melakukan apapun, dia mampu membeli apapun, sehingga semua keinginannya terkabul termasuk keinginan mengetahui rahasi dewa dengan mantram-mantram. Karena kemanjaan Kunti, akhirnya menjerumuskannya dalam kehamilan yang sebenarnya tidak salah. Karena rahim adalah tempat untuk mengandung anak. Hanya karena nama sebuah bangsa Kunti dianggap salah, mencemarkan nama baik keluarga dan harkat martabat bangsa. Siapa yang mau seperti Kunti?

Ruyati orang miskin, maka dia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Kenapa miskin? karena memang susah cari kerja. Kenapa susah cari kerja? Karena lapangan pekerjaan terbatas. Bukan hanya dia, bahkan saya sendiripun sampai sekarang masih nganggur. Untung saja kadang ada pentas, yang bisa buat makan saya. Kalau Ruyati, seorang perempuan tua, kerja di sini tanpa pengetahuan, tanpa ketrampilan khusus, hanya bisa jadi pembantu. Apakah jadi PRT itu buruk? TIDAKKKKKKKKKK,,,dia pahlawan devisa, dan pahlawan bagi para calo, itupun jarang para calo yang mengakuinya. Dan negarapun tak menjamin keselamatannya, kenapa? Keluarganya yang ingin bersua dengan Ruyati saja, meminta sejak bulan Maret lalu tidak ada tanggapan dari pemerintah. Apakah karena Ruyati sudah tua? Terus dianggap tidak penting? Siapa yang SSAAAAALAAAAHHH?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun