Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sudah Saatnya Stadion Dikelola untuk Konser

1 April 2023   12:34 Diperbarui: 1 April 2023   13:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U 20, sangat menyakitkan. Bertambah menyakitkan, ketika para politikus munafik juga ikut menyatakan diri kecewa. Membangun dalih, seolah mereka melakukan itu karena mempertahankan konstitusi. Ingin tampil seolah, hanya mereka yang paham konstitusi, meski di ajang  yang semestinya forum politik justru mereka buta konstitusi. Faktanya ketika Israel hadir dalam forum IPU ke 144 di Bali, mereka bungkam seribu Bahasa.

Para politikus itu beralasan, mereka hanya tuan rumah, penyelenggara event saja. Sementara urusan undangan, sepenuhnya hak IPU. Lah apa bedanya dengan piala dunia U 20. Indonesia juga hanya merupakan tuan rumah, sementara peserta sepenuhnya adalah mereka yang memang berhak mengikuti, sesuai tahapan kualifikasi yang menjadi aturan FIFA. Berarti FIFA-lah pengundangnya.

Perlu dipahami, sebelum mengajukan diri menjadi tuan rumah, Indonesia juga tahu bahwa ada Israel di sana. Peluang untuk negara tersebut ikut serta, tentu sama dengan negara-negara yang lain. Jadi semestinya para politikus itu, bicara lantang setiap kali pemerintah mengajukan diri sebagai tuan rumah perhelatan apa saja, selama Israel ada di sana. Jangan hanya pada urusan sepakbola mereka peduli.

Terlebih penolakan disampaikan di detik-detik akhir ketika perhelatan itu telah siap untuk digelar. Bayangkan ada berapa besar dana yang telah digelontorkan untuk mempersiapkan semuanya. Tiba-tiba semuanya itu menjadi hilang tanpa makna, meski bukan benar-benar tidak berguna. Setidaknya beberapa stadion menjadi jauh lebih bagus dari sebelumnya.

Saya paham jika ada ormas-ormas yang menyuarakan penolakan terhadap Israel, tetapi saya tidak paham jika yang menyatakan adalah politikus yang sedang berkuasa, dan wilayahnya menjadi tempat event akbar itu digelar. Semestinya pandangannya selaras dengan pemerintah pusat, yang bertekat ingin mensukseskan event tersebut. Saya benar-benar masih tidak paham dengan jalan pikiran Pak Ganjar dan Pak I Wayan Koster.

Meski seorang kader partai, tapi keberadaannya sebagai kepala daerah sudah semestinya berdiri di atas kepentingan semua golongan masyarakat. Bisa saja mereka menolak, tetapi jauh-jauh hari sebelum event siap digelar. Karena Israel lolos ke putaran final piala dunia U 20 sudah dipastikan sejak Juni 2022.  Sehingga PSSI memiliki waktu untuk memindahkan tempat dan membangun venue. Apakah kesadaran konstitusi itu sifatnya dadakan ? Saya rasa tidak.

Nasi sudah menjadi bubur. Sudahlah. Mari kita bikin enak bubur itu. Sehingga menurut saya, sudah selayaknya para pengelola stadion di negara ini berpikir ulang untuk stadionnya. Lupakan sejenak menjadi tempat penyelenggaraan pentas olahraga sepakbola tingkat dunia, selama masih ada para politikus munafik berkuasa. Lebih baik, siapkan untuk event-event konser kelas dunia saja. Selama boy band atau girl band Israel tidak diundang, saya pikir akan aman-aman saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun