Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beragam Makna Protes Bikini Volley ke KPI

5 Agustus 2021   10:26 Diperbarui: 5 Agustus 2021   11:56 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber https://www.kompas.com/parapuan/read/532821162/simak-penjelasan-mengenai-apakah-atlet-voli-pantai-perempuan-harus-pakai-bikini

Sejak dulu saya menikmati jadi orang Indonesia. Selalu punya cara untuk menikmati beragam peristiwa. Unik, khas dengan gayanya sendiri. Termasuk bagaimana turut serta merayakan kemeriahan Olimpiade Tokyo, meski di masa pandemi.

Bagi ganda putri bulutangkis Indonesia, barangkali jika tidak pandemi, akan diarak keliling kota. Saya juga sebenarnya berharap melihat mereka, para pejuang merah putih itu. Tetapi ternyata, ada cara yang tidak kalah meriah untuk menyambut mereka. Memasang baliho selamat di social media, sambil memasang foto diri. Orang yang tidak mengenal Gresya Polii dan Apriyani Rahayu sampai bingung cari mana atletnya. Sampai-sampai, baliho sosmed itu jadi ramai diperbincangkan. Meriah, bahkan bisa jadi sama meriah dari waktu ketika pertandingan berlangsung.

Belakangan kemeriahan olimpiade kembali mengemuka, ini bukan soal medali, tapi soal bikini. Wah, sepertinya tidak kalah seru. Bagi nitezen, seru-seruan begini bisa menambah imun. Meski tidak hadir langsung menyaksikan pertandingan, terkena imbas keseruannya cukuplah.

Media memberitakan bahwa ada seorang ibu memprotes KPI, karena salah satu TV swasta nasional,  menayangkan pertandingan Volley tanpa menge-blur pakaian yang dikenakan para pemain. Padahal pakaian yang dikenakan setidaknya menurut pemprotes sudah selayaknya di blur. Gemuruh olimpiade pun kembali membahana ke seantero negeri. Media-media nasional mengangkat kisahnya. Banyak yang lantas dapat hiburan, tertawa. Tidak sedikit yang geram. Banyak juga yang angkat jempol pada keberanian si ibu. Saya pun terinspirasi untuk menuliskan hal ini.

Inkonsistensi KPI

Soal urusan nge-blur, dan mengingatkan tayangan yang lalai soal-soal begini, barangkali KPI mendapat acungan jempol. Bahkan jika saya cermati, beberapa kalangan sampai jengah. Karena banyak tayangan TV  jadi kehilangan keindahan akibat urusan blur-blur ini. Bahkan tayangan dunia binatang pun di blur. Barangkali stasiun TV tidak ingin beresiko mendapat teguran KPI. Pukul rata saja, praktis.

Nah, bisa jadi siibu sedang mengingatkan kembali dengan salah satu fungsi KPI, atau sebenarnya siibu sedang menyindir KPI. Karena ia lalai menegur stasiun TV atau ia sedang menegur KPI, jika tayangan TV yang menampilkan erotisme harus di blur, jangan tebang pilih. Blur saja semua. Adil. Padahal sesungguhnya ia terganggu selama ini atas hal itu. Bisa juga kan ?

Pengin Nge-Hits

Banyak juga yang mengkomentari jika ibu pemrotes ingin nge-hits, viral. Di jaman sosmed ini, viral itu punya banyak keuntungan. Di wawancara TV, para youtuber, jadi pemain sinetron, jumlah follower melejit, atau sesial-sialnya jadi duta. Sudah banyak fakta membuktikan hal tersebut. Jadi jangan salahkan jika orang berlomba-lomba ngehits dengan banyak cara.

Sebab jumlah follower akan berkontribusi dengan penghasilan, apalagi bisa jadi duta ; anti bikini misalnya, atau duta lembaga tertentu yang konsen terhadap hal itu, lumayan kan. Tetapi apapun alasannya yang tahu adalah siibu. Netizen emang begitu, suka seru-seru sendiri menggunakan alur yang nyangkut di kepala, sesaat, untuk bisa bikin tertawa juga.

Permainan Media

Pagi ini saya membaca di wall salah satu teman FB, agak terkejut, tetapi masuk akal juga. Ketika teman mengunggah status soal ini, ada komentar yang mengatakan bahwa ini adalah permainan media. Menurutnya, protes itu soal biasa, apalagi hanya oleh satu orang. Tetapi media yang memblowupnya besar-besaran, patut dicurigai. Karena siibu oleh pembaca akan diposisikan sebagai pemeluk agama tertentu dan akibat pemberitaan media maka banyak orang akan mengomentari juga keyakinan siibu dan mendeskreditkannya.

Saya yakin ada banyak tafsir yang bisa dimunculkan dari protes soal bikini ini. Polemiknya seperti saya sampaikan di awal adalah cara warga kita menikmati kemeriahan olimpiade. Jadi tidak perlu ke Jepang untuk ikut memperbincangkannya dan menariknya tidak perlu harus ada cabangnya di arena pertandingan. Kemeriahannya tetap dapat dinikmati. Asyikkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun