Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejutan yang Mengubah Hidup

1 Juli 2021   07:55 Diperbarui: 1 Juli 2021   08:03 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://komsoskam.com/

Pernah mendapat hadiah yang tidak terduga? Atau pernah mendapat perhatian yang sama sekali tidak diperkirakan? Jika pernah tentu, tentu Anda tahu bagaimana rasanya. Apalagi hal itu berasal dari seseorang yang di mata Anda special, sementara orang special itu 'jauh' dari jangkauan Anda.

Anda tahu dia karena dia istimewa di mata Anda dan popular, tetapi apakah dia tahu Anda? Tidak, karena kekaguman dan rasa special Anda itu hanya tersimpan di pikiran dan perasaan Anda.

Anda mengaguminya, dan berharap dapat berjumpa dengannya. Anda tidak punya kemampuan untuk melangkah lebih. Karena Anda tahu diri. Sehingga berharap, adalah kekuatan yang Anda miliki untuk sekedar melihatnya meski hanya dari kejauhan.

Saya beberapa kali mendengar teriakan histeris dari anak-anak saya. Penasaran saya hampiri mereka yang sedang  asik dengan ponselnya. Sepele, komentar mereka di wall artis favoritnya mendapat like dari sipemilik akun medsos yang artis itu. Kadang geli dengan sikap mereka, dan sulit memahami hal itu. Tetapi begitu berkaca pada diri sendiri, ternyata saya juga punya kisah tak kalah norak dari mereka.

Dulu semasa masih SMP, saya terpesona dengan adik kelas. Entah kenapa, jantung saya ini selalu berdebar-debar ketika bertemu dengannya. Bertemu? Eh,  lebih tepatnya sih berpapasan. Padahal tanpa komunikasi sama sekali.

Satu kali di acara tujuhbelasan, ia pentas nari, dan setelah selesai pentas, ia meninggalkan begitu saja property narinya di ruang panitia. Berupa mahkota dari kertas karton, yang memang akan segera dibuang, alias sampah. Tetapi bagi saya, mahkota karton itu sangat bernilai. Saya pungut dan saya simpan rapi di kamar hingga bertahun-tahun. Bahkan ketika kuliah, mahkota kertas itu masih tersimpan rapi di kamar saya.

Setiap kali saya mengamati mahkota itu, saya selalu membayangkan pesona  adik kelas itu. Dan entah kenapa, saya selalu merasakan sesuatu menjalari tubuh saya, dan saya merasa bahagia dengan itu. Meski sebenarnya adik kelas itu tidak pernah benar-benar merespon perasaan saya.

Saya membayangkan seandainya kala itu, adik kelas itu memberi kejutan dengan merespon perasaan saya. Barangkali saya akan terbang melayang-layang hingga sulit kembali. Tidak direspon dan hanya bisa  menatap saja dari kejauhan sudah membuat saya lega, apalagi dia mendekati saya dan menyapa, wah pasti rasanya luar biasa. Sama dengan like sang artis ke komentar anak-anak saya. Diam-diam saya akhirnya paham, tetapi ini tidak boleh diketahui anak-anak saya, biar saya bisa menasehati mereka.

Mendapat Kejutan pada sesuatu yang diharapkan itu memberi sensasi yang luar biasa. Terlebih itu berasal dari apa yang sebenarnya tidak sanggup dijangkau. Begitulah saya memahami perasaan Zakheus.

Kisah itu tertulis dalam Injil Lukas 19, ayat 1 hingga 10. Seseorang yang bernama Zakheus, pemungut cukai di zamannya yang memiliki keinginan untuk melihat Yesus. Barangkali ia memiliki kekaguman mendengar sepak terjang Yesus. Namun Zakheus tahu diri. Karena pekerjaannya sebagai abdi penguasa Romawi, yang tidak disukai di kalangan orang-orang Yahudi. Sementara, Yesus adalah sosok yang mengajar di rumah ibadah Yahudi. Populer di kala itu.

Kekagumanlah yang menuntun Zakheus ingin sekedar melihat sosok popular itu. Sehingga dikisahkan ia memanjat pohon ara, yang ia perkirakan Yesus akan melintas di situ. Karena tanpa hal itu,  postur tubuhnya tidak memungkinkan ia dapat melihat Yesus ketika melintas. Terhalang kerumunan orang-orang yang mengikuti Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun