Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bonsai Penggembira Hati yang Bernilai Investasi

18 Mei 2021   12:22 Diperbarui: 18 Mei 2021   12:41 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakalan bonsai iprik koleksi pribadi

Dilahirkan dan besar di lingkungan hutan tropis pantai timur Sumatera Utara (sebelum berubah menjadi hutan kelapa sawit dan karet), kenangan itu sangat membekas.

Pohon-pohon besar dengan akar yang kokoh, bahkan terkadang perlu beberapa orang dewasa saling berpegangan untuk mengetahui besar pohonnya, menjadi wahana bermain yang menyenangkan. Memanjat menggunakan sulur-sulur yang menumpang hidup pada pohon utama. Berteriak bebas sambil memandang perkampungan di ketinggian. Menjadi aktivitas keseharian sepulang sekolah. Sambil menenteng pancing, berburu ikan rawa. Sungguh mengasyikkan.

Namun itu semua tinggal kenangan, bahkan untuk reuni pun tidak mungkin. Karena tidak lagi tersisa pohon-pohon itu kini. Entah dihutan mana lagi di negeri ini akan saya temui suasana masa kecil itu. Mengingat laporan-demi laporan menggambarkan bahwa laju deforestasi di Indonesia menjadi yang tercepat di dunia.

...

Setiap kali memandang bonsai, kenangan masa kecil itu seakan kembali. Akar sulur, bonggol pohon, kesan kokoh dan megahnya pohon-pohon mini itu, membawa pada realitas yang pernah saya alami. Itulah yang membuat saya menyukai tanaman-tanaman yang dikerdilkan itu. Meski kagum sudah sangat lama, tetapi baru beberapa tahun terakhir saya mulai membuatnya.

Sebagai pebonsai, level saya jelas debutan. Tetapi ruang belajar gratis dari komunitas pecintanya banyak tersedia. Bahkan untuk pemula yang hanya ingin memulai tanpa modal, tidak perlu pakai dengkul juga. 

Ini jelas menjadi hal yang menurut saya sangat menarik. Karena faktanya memang ada begitu banyak bahan yang dapat dimanfaatkan menjadi bonsai tumbuh liar di jalan-jalan. Bahkan untuk jalanan di ibukota republik ini sekalipun. Di antara hutan beton, tetap tersedia. Karena saat ini saya bekerja di Jakarta Pusat, hanya beberapa langkah sudah sampai ke istana presiden.

Perjalanan dari tempat kerja ke halte Transjakarta ( sebelum pandemic ) menjadi perjalanan perburuan bakalan bonsai. Ada beberapa jenis Iprik ( Ficus Retusa) yang saya temukan. 

Meski pengetahuan minim, pada prinsipnya saya hanya akan menanam saja. Entah nanti bagaimana jadinya, pikirkan nanti saja. Semakin hari, ternyata tanaman-tanaman hasil memulung di seputaran kali lima memenuhi teras. Bahkan tiga kali banjir besar menenggelamkan rumah dan tentu saja tanaman hasil buruan, tetapi tidak butuh waktu lama tunas-tunasnya tumbuh. Memberi harapan.

...

Pandemi melanda, semua pekerjaan dilakukan dari rumah. Memberi saya kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi pada tanaman-tanaman mungil itu. Memberi ruang kontemplasi yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Membunuh kejenuhan, sesuatu yang sangat manusia saya alami ketika harus berjam-jam di setiap harinya berhadapan dengan monitor komputer.

Mengamati setiap tunas. Mengarahkan gerak dasarnya sesuai imajinasi yang saya inginkan menggunakan kawat, menjadi aktifitas yang memberi rasa berbeda. Melatih kesabaran, karena tidak ada bonsai yang terbentuk secara tiba-tiba. Saya suka dengan satu kalimat yang pernah saya dengar di channel youtube, beliau mengatakan ; bagi seniman bonsai, pohon ini adalah kanvas. Ruang ekspresi bagi sebuah karya kreatif. Memberi ruang pada  imajinasi.

Saya sangat setuju. Sebagai sebuah karya seni, tentu bonsai bukanlah tanaman yang menghasilkan buah untuk dipanen, namun apresiasi yang kadang sulit dipahami nilainya. Subjektif meski bonsai juga memiliki ketentuan-ketentuan standar.

Keindahan bonsai seringkali ditentukan juga oleh lama proses pembentukannya. Ketelitian senimannya dalam mengatur gerak dasar batang utama, hingga ke perantingan yang terkecil. 

Konstruksi pohon yang tampak alami menjadi nilai tersendiri yang mendongkrak harga yang kadang-kadang tidak terpikirkan. Pada konteks ini, maka bisa saja bonsai adalah karya seni yang bernilai investasi. Semakin lama semakin bernilai dan berharga tinggi. 

Meski baru memulai, saya pikir tidak salah juga jika berpikir visioner. Siapa tahu ada saatnya juga nanti punya karya bonsai yang menawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun