Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

WFH Menyenangkan, Mau?

25 April 2020   11:54 Diperbarui: 25 April 2020   11:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay.com

Mengurung diri di rumah, berminggu-minggu, rasanya itu nano-nano banget kata generasi jadoel. Asem, manis, pahit. Loe lagi, loe lagi ! Itu kata orang Jakarta, yang emang lagi jadi epicentrumnya covid 19 di negeri ini.

Lingkungan jadi sangat terbatas, tergantung luas bangunan sama luas lahan dan jumlah penghuni. Kemana pun pergi, ketemunya ya itu-itu juga. Sampai gelas yang warnanya coklat pun jadi ketahuan jumlahnya berapa, padahal selama ini punya gelas coklat atau tidak,  tidak tahu.

Meski penduduk planet lain, begitu nitijen menyebut tempat tinggal saya, tetapi sebagai pekerja Jakarta, kehidupan sehari-hari saya banyak bergantung pada kebijakannya mas Anies. Kang Emil mah, nggak terlalulah. Jadi, saya lebih awal dalam mengawali WFH, bahkan sebelum PSBB resmi diterapkan. Lumayankan!

Sewaktu kerja sih, sering punya mimpi, bangun siang terus bisa ngopi di teras rumah, sambil baca berita. Hal seperti itu rasanya sesuatu banget. 

Kini kesampaian juga. Eh, ternyata nggak sebahagia seperti yang saya bayangkan. Pegel-pegel juga. Ternyata ngopi sama duduk di teras rumahnya kebanyakan. Kangen juga subuh-subuh bergelantungan di Transjakarta. Lari-lari mengejar mimpi, beneran mimpi, karena pulesnya pas di bis kota.

Nah balik lagi soal Kerja Dari Rumah, kerennya di singkat jadi WFH, mestinya sih KDR, nggak pakai T. Tetapi ya sudahlah, ngikut aja dari pada babak belur. Seperti yang saya bilang di awal, nggak semuanya manis, ada asem sama pahitnya. Suka atau tidak itu rasa harus ditelan semua.

Saya cari ada begitu banyak tawaran menarik dari para inspirator dan motivator yang bikin hidup lebih berwarna ketika WFH. Setidaknya seimbang antara manis, asem sama pahitnya. Saya pilah-pilah, angkanya semakin kecil yang sesuai, ketika bicara yang bisa dieksekusi tambah kecil lagi. Lah, kok nyari yang bikin happy malah jadi nggak happy, ini kan jadi paradok.

Bicara paradok, emang kehidupan kita ini banyak paradoknya kok, beneran.  Tapi ya sudahlah tidak usah ngomongin paradok. Ngomongin WFH yang bikin happy aja. Meski proses nyarinya nggak bikin happy juga.

Pertama saya bangun pola pikir, ini bukan sedang liburan. Maka spiritnya ya kerja, jadi tidak bisa santai-santai juga. Apalagi sambil ngopi di teras, terus nyapa tetangga lewat. Jangan ! Apalagi setelah menulis tentang ngopi depan rumah, saya baru sadar jika rumah saya nggak ada terasnya.

Pasti saya akan mikir bagaimana bikin teras, biar saya bisa ngopi pas nanti ada PSBB lagi. Waduh, pasti pusing lagi mikir dananya. Bikin susah, nggak happy. Padahal cuma hal sederhana, ngopi! Ya sudah, pikiran ngopi di teras pagi-pagi sambil baca berita saya sensor dari kepala.

Kedua, nikmati. Saya ingat dulu pas sering diminta  pendapat sama teman-teman sekos saat ada masalah, saya sering bilang ; "sepahit apapun yang kamu rasakan, pasti ada manisnya, nah kamu temukan deh itu!"

Sekarang kalimat itu pas banget buat saya sendiri. Apakah ini yang namanya senjata makan tuan ya?

Pahit? WFH itu emang ada pahitnya? Jenuh, itu salah satu rasa pahit. Soalnya ini bukan WFH normal, seperti para freelancer. WFH di era pandemi ini adalah mengurung diri sambil bekerja. Bayangkan dikurung, kata yang sepadan dengan itu adalah dipenjara, ditahan tapi tetap harus kerja. 

Tuh kan serem ! Apalagi ditambah anjing penjaganya adalah virus corona, keluar ketahuan penjaga, kamu terinfeksi. Bisa mati! Atau diisolasi di rs dengan layanan bak piknik ke ruang angkasa.  Kurang pahit apa coba. Tapi sudahlah, tidak usah dibayangkan, nanti malah tidak bisa menikmati WFHnya.

Suka atau tidak, fakta inikan mesti dihadapi. Maka tidak ada pilihan lain, ya nikmati. Sambil buat challange harian bagaimana menaklukkan kejenuhan. Anak sama istri saya bahkan mulai ikut arus tik tok-an, saya cari yang lebih berkelas, nyuci !

Ketiga, menghitung keberuntungan WFH. Nah di tengah tekanan horor pandemi, keterbatasan fasilitas karena WFH tanpa terencana, dan masih banyak hal lain yang serba tidak menyenangkan. Saya mulai memfokuskan hal-hal yang bisa bikin senang saja.

Misal saya mulai mikir penghematan, saya tidak perlu traktir teman ngopi di warteg depan kantor, atau saya tidak perlu merepotkan teman saya harus bayarin makan siang karena dompet saya ketinggalan.

Saya jadi punya banyak waktu bersama keluarga. Meski tiap beberapa jam sekali mendengar keluhannya ; "bosen nih pa!" Bergantian antara, kakak sama sikembar. Lumayan kan! Padahal waktu mereka mengeluh saya lagi mengajar online, diseberang sana siswa saya jadi pada cekikikan.

Dan saya yakin, pasti masih ada begitu banyak hal yang menyenangkan bisa kita kerjakan. Terlebih dengan cara itu kita bisa menangkal virus corona. Karena hati yang gembira dapat meningkatkan imunitas tubuh, imunitas tubuh yang baik, akan sangat berarti melawan virus. Jadi apalagi, yuk bersenang-senang sambil WFH meski tidak biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun