Dibalik keindahannya, Capung alias Kinjeng begitu saya mengenalnya , sebenarnya adalah serangga predator ganas. Memiliki kemampuan menghadang mangsa, mencabik, dan 'mengolahnya' menjadi santapan ketika di udara.Memiliki kemampuan terbang mundur dan menyamping, bahkan terbang diam dalam posisi. Ini mengagumkan. Inspirator bagi teknologi penerbangan. Berharap suatu saat PTDI dapat menerapkan teknologinya.
Keberadaannya dapat menjaga keseimbangan alam, membatasi populasi nyamuk. Drakula super mini yang berdampak besar. Penghisap darah dengan spesialisasi membuat badan bentol dan gatal-gatal. Serangan senjanya  bikin acara ngopi di teras terganggu. Inspirasi ngeblog jadi tersendat.
Sore kemarin, Â saya menemukan sosok serangga unyu itu di kebun mini. Sosok yang jarang sekali saya lihat. Padahal dulu, semasa kecil, menangkapnya adalah bagian dari latihan dan lomba ketangkasan bersama teman teman.
Mengendap, tahan nafas dan tap, Kinjeng buruan menyerah. Meronta, gigitannya bikin geli, dan adakalanya jadi terapi pengobatan bagi bagian tubuh yang membengkak.
Kebisingan manusia dan kerakusannya membuat Capung kesulitan memenangkan proses seleksi alam yang sangat kompetitif. Meski, ia adalah serangga purba, yang teruji oleh waktu dan selalu dapat beradaptasi. Tapi, kapitalisme, ideologi yang membuat Capung nyaris menyerah.
Habitatnya dirampas paksa tanpa gantirugi atas nama pembangunan dan perputaran ekonomi. Ternyata memiliki kemampuan spektakuler, tak mampu membuatnya lolos dari bencana kerakusan manusia. Begitukah?