Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari Pandawa dan Korawa dalam Baratayuda Amien Rais

1 Desember 2018   08:04 Diperbarui: 1 Desember 2018   08:56 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : skslife.com

Di sebuah media online, saya membaca, Amien Rais mengandaikan Pemilu 2019 sebagai Baratayuda dan juga Armagedon. Meski tidak memahami konteks, mengapa seorang tokoh seperti Amin Rais mengungkapkan hal itu, tetapi bagi saya ini menarik. Karena ungkapan itu, menurut salah satu petinggi  PAN, yang juga besutan sang tokoh, mengacu pada situasi bangsa saat ini, yang lagi genting. Wah, kok jadi gawat begini?

Karena ini menyangkut persoalan bangsa, yang juga nantinya akan berdampak pada nasib saya sebagai warga negara biasa. Karena biasanya, berdasarkan banyak pengalaman sejarah, konflik elit, yang murni kepentingan orang-orang besar itu, korbannya ya orang-orang seperti saya ini, rakyat biasa. 

Makanya pagi-pagi, bahkan belum sempat gosok gigi, saya tertarik menggali lebih dalam pernyataan Amin Rais. Jika memang benar-benar genting, saya bisa bersiap ngungsi, paling tidak ke rumah mertua, yang kebetulan berjarak beberapa kompleks dari rumah saya.

Pertama yang saya kunjungi itu om google, sambil pasrah kemana ia membawa laju pencarian saya. Begitu Baratayuda saya ketik, Wikipedia menjadi pelabuhan pertama. Menurutnya, Baratayuda, adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India.

Istilah Baratayuda berasal dari kata Bharatayuddha (Perang Bharata), yaitu judul sebuah naskah kakawinberbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah MaharajaJayabhaya, raja Kerajaan Kadiri. Sebenarnya kitab baratayuda yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama sama keturunan Raja Erlangga .

Temuan pertama saya ini, langsung membuat saya mengeryitkan dahi. Kata perang saudara, bagaimanapun membuat perasaan saya terteror. Siapa yang akan berperang? Lantas demi apa? Kekuasaan? Sesuatu yang hanya dinikmati oleh orang-orang besar itu. Benarkah, kita, masyarakat Indonesia memang sedang berhadap-hadapan, sebagai Korawa dan Pandawa yang siap mengobarkan perang besar Baratayuda? 

Jika ini yang terjadi, petinggi PAN benar, kita sedang genting. Tetapi jika, mereka, para elit itu sedang membakar-bakar rakyatnya agar nanti mau berperang seperti yang mereka kehendaki. Dan setelah itu mereka menikmati hasilnya. Mereka benar-benar sontoloyo. Menakuti rakyatnya seolah mau diserang, sehingga kita bersiap untuk itu. Ini jelas Genderuwo!

Kegelisahan saya terus bertambah, apalagi ungkapan ini disampaikan oleh tokoh yang dihormati di negeri ini. Pertanyaannya kemudian adalah, dalam perang besar itu nantinya, siapakah sebenarnya yang sedang diumpamakan oleh Amin Rais sebagai Korawa, dan siapa sebagai Pandawa. Karena, dalam pemahaman awam saya, perang tanding antar saudara itu juga digambarkan sebagai perangnya unsur jahat dan unsur baik.

Sementara, apabila saya membuka buku-buku sekolah, bahkan buku di tingkat SMP pun mengajarkan, bahwa pemilu adalah proses politik biasa dalam mencari pemimpin. Memilih yang terbaik, dari orang-orang baik yang diajukan oleh partai politik. Istilahnya, mereka yang nantinya akan dipilih adalah putra-putra terbaik bangsa.

Bagaimana mungkin, pemahaman dasar dari anak-anak SMP ini dipatahkan sedemikian frontal oleh seorang guru besar. Ironis, tetapi sekaligus juga sangat memprihatinkan. Karena mungkin dibutuhkan waktu untuk mengubah pemahaman dasar dari apa arti kata Pemilu. Mana yang mau dipakai, pemahaman Amien Rais, atau pemahaman yang umum dari buku-buku ketatanegaraan yang banyak dijual ditoko-toko buku.

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun