Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemimpin yang Mengabdi pada Kemanusiaan

21 Oktober 2018   09:39 Diperbarui: 21 Oktober 2018   10:20 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Thailand banyak membuat film-film pendek inspiratif. Meski, film-film tersebut bagian dari konten iklan. Tetapi ada pesan humanis yang kuat.

Barangkali, masyarakat Thailand tidak ingin kehilangan nilai-nilai kemanusiannya di tengah arus perubahan yang melanda dunia.

Pragmatisme, membuat manusia berpikir untung rugi. Semua hal diperhitungkan, apa untungnya buat saya. Celakanya, hitung-hitungan itu berorientasi pada hal-hal material. Pencapaian yang dapat dihitung dan tampak di depan mata. Karena dengan hal-hal itulah, keberadaan seseorang diperhitungkan. Eksistensinya diakui.

Pragmatisme, membuat orang-orang berlomba. Membangun arena kompetisinya sendiri. Sehingga ungkapan, jika anda tidak kompeten, sudah pasti akan dilindas peradaban. Jika anda tidak mengubah diri anda dan berinovasi, anda akan "mati".

Kompetisi, membuat kita berorientasi pada diri kita sendiri. Membuat kita menjadi yang terbesar diantara yang lain. Karena, pencapaian demikianlah yang membuat hidup kita lebih mudah di era pragmatisme ini. Kita menikmati apa yang kita kerjakan. Tidak ada yang salah dalam hal ini.

Work hard, itu kunci. Tidak ada yang salah. Tetapi adakalanya, kompetisi, pengakuan, menjadi besar, menghilangkan sisi-sisi kemanusiaan. Karena semua hal diukur dengan hal-hal yang setimpal. Apa yang semestinya diterima, harus selalu sepadan dengan apa yang sudah dikerjakan atau diberikan. Mengabaikan proses yang terjadi.

Padahal adakalanya hitung-hitungan itu meleset. Karenanya, manusia menjadi pintar menuntut sesamanya. Kata-kata seharusnya, semestinya, pokoknya menjadi kata-kata pamungkas.

Manusia tidak lagi luwes menjalani kehidupan. Manusia mengabaikan bahwa kehidupan berjalan menggunakan hukumnya sendiri. Dia memberikan hujan dan bencana yang sama, bagi yang taat maupun tidak. Juga cahaya indah mentari bagi pendosa dan yang hidup suci.

Pagi ini, saya diingatkan dalam sebuah renungan, bahwa untuk menjadi yang terbesar seseorang harus berani menjadi tidak diakui. Dia harus menjadi pelayan bagi sesamanya. Itulah kemanusiaan, itulah hukum luwesnya kehidupan. Begitulah seorang pemimpin.

Markus 10:43-44  (TB)  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. ( Https://alkitab.app/v/fce2bf9a56aa)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun