Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Melengkapi Hidup dengan Cinta

23 Juni 2018   08:00 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:39 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil saat terjadi erupsi gunung Merapi (dokumen pribadi)

Sampai di Ambarawa kurang lebih jam 04.00 pagi. Sementara museum kereta api yang ingin kami kunjungi buka jam 08.00 pagi. Masih ada banyak waktu. Seperti rencana di awal, jika jalanan lancar dan kami kepagian sampai di lokasi pertama. Maka saya sudah mempersiapkan alternative lokasi yang bisa dikunjungi. Gua Maria Kerep Ambarawa.

Goa Maria Kerep Ambarawa

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Tempat ini buka 24 jam, sebagai tempat peziarahan bagi umat beragama katolik. Namun karena penataan lokasinya menarik dan indah, terbuka untuk siapa saja yang datang, maka umat beragama lain pun banyak yang mengunjungi lokasi tersebut. Termasuk kami, yang sebagian besar penganut protestan. Guna berswafoto atau ikut berdoa, menikmati suasana teduh yang dipancarkan oleh bukit doa ini.

Beberapa anak peserta Live In, berkunjung ke peziarahan untuk berdoa adalah hal baru. Menurut saya membawa mereka ke tempat ini penting artinya. Selain menikmati keasriannya, juga bagi perkembangan spiritualitas mereka. Tidak sekedar pergi dan menikmati tempat-tempat wisata pada umumnya saja, tetapi juga berwisata rohani.

Di antara anak-anak ada yang tidak ikut berdoa, tetapi menurut saya, setidaknya tempat ini memberi pengetahuan baru. Bahwa ternyata, ada begitu banyak orang di sekitar mereka yang datang ke tempat itu. Dini hari dalam suasana dingin, untuk berdoa. Teladan bagi pembentukan mental spiritual.

Gua Maria Ambarawa, mendekatkan kebutuhan generasi milenial yang haus spot foto  dengan dunia spiritualitas. Kebutuhan hakiki manusia. Setidaknya ini menjadi pengingat bagi mereka yang datang ke tempat tersebut pada kebutuhan hakikinya. Mudah-mudahan demikian yang terjadi pada anak-anak murid saya itu.

Setelah berwisata rohani, kami lanjutkan dengan wisata kuliner. Penyedia layanan ini memiliki tempat khusus di parkiran Gua Maria. Sayangnya, belum banyak yang buka. Mungkin karena telah berakhirnya bulan doa Novena. Sementara, tempat lain juga masih belum buka. Bertepatan juga dengan bulan Ramadhan. Sehingga lokasi ini menjadi satu-satunya harapan bagi kami. Hal ini menjadi keberuntungan bagi seorang ibu yang membuka warung makannya lebih awal dari yang lainnya. Kami serbu, dengan menu favorit soto dan nasi pecel.

Meski harus menunggu beberapa menit museum kereta buka, kami tetap menunggu di depan gerbang. Lelah perjalanan Panjang Jakarta -- Ambarawa, belum sepenuhnya terusir. Goa Maria yang baru saja kami kunjungi, dan sarapan pagi, sebenarnya belum benar-benar mengembalikan vitalitas. Sehingga saya masih melihat beberapa diantara mereka kembali mendengkur di bis. Bahkan saya harus beberapa kali mengulangi instruksi untuk masuk ke lokasi museum setelah dibuka, mereka ogah-ogahan karena masih ingin melanjutkan istirahat.

Museum Kereta Api Ambarawa

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Hanya dengan sepuluh ribu rupiah, itu pun beberapa orang mendapat diskon 50% karena membawa kartu pelajar, kami memasuki museum. Puluhan lokomotif tua menyambut kami, segera terbawa suasana ke tempoe doeloe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun