Perjumpaan sebagai pembentukan dan penemuan diri
Dalam analisis filsofis  Gabriel Marcel
Â
Manusia pada masa kini seakan-akan tidak percaya diri untuk menjalin relasi dan berjumpa langsung dengan sesama. Apakah karna kita yang membatasi perjumpaan itu atau oranglain? Apakah sudah bukan zamannya lagi untuk  berjumpa secara face to face?  Berkenalan,ngobrol bersama, bercanda bersama, membagikan pengalaman hidup bersama, berdiskusi bersama, selalu bersama untuk menjawab persoalan diri untuk masa depan.......apakah itu semua masih relevan pada masa kini?
"Aku" hanya mungkin mencapai kesempurnaan, kalau ia(aku) mengarahkan diri kepada orang lain (kamu)"{Gabrile Marcel): Manusia dalam lingkungannya; 1988: Â 203.
Rupanya manusia mengalami kesadaran palsu saat ini oleh teknologi yang sangat hebat sehingga membuat manusia bisa menjadi manusia yang luarbiasa. Perubahan luarbiasa ini membuat manusia seakan-akan melupakan keadaan nyata (komunikasi dengan tatapan langsung) atau interaksi langsung. Itu semua dilupakan karna kecanduan tanpa kesadaran yang bijak.Â
Komunikasi langsung ini mulai dirasakan memiliki keanehan dan tidak menariklagi bila dibandingkan dengan gadget. Gadget yang semakin menarik ini menimbulkan ketegangan yang kesannya belum dirasakan langsung pula jika berada dalam relasi hidup masyarakat. Namun ketegangan ini sudah mulai dirasakan sebagian orang. Ketegangan yang dimaksudkan adalah relasi pengguna gadget dengan orang sekitar. Seakan-akan jiwa seseorang itu terlibat langsung dalam objek permainan gadget walaupun dikendalikan fisik. Itu semua adalah kesadaran palsu. Selain itu tidak bertanggungjawab dan berperan langsung dalam kontak fisik manusia.
Manusia kiwara yang telah dilahirkan sejarah ini mulai melupakan apa yang bisa menjadi pegangan hidup di masa lampau. Ada begitu banyak proses yang menjamin pembentukan diri atau penemuan diri yang lebih berkualitas itu, kesannya diabaikan. Kini,Kebersamaan hidup dalam sejarah, komunikasi langsung, dan setiap dinamika hidup yang menjadi bagian dalam kebersamaan tidak lagi menjadi relevan.Â
Itu menjadi tidak jelas karna perjumpaan terhadap sesama manusia tanpa membatasi relasi itu mulai dianggap tidak penting lagi. Menurut Marcel, engkau dan aku saling menghidupi,pada hakekatnya tak terceraikan dalam kesetiaan dan "cinta". Artinya, perjumpaan adalah sarana berelasi yang lebih lagi, bukan sebatas senyum, sapa salam (3S) tapi juga saling membuka hati secara total untuk saling menghidupi.
Hidup itu menjadi hidup bila ada pengalaman perjumpaan kepada siapapun. Dengan demikian perjumpaan itu memiliki konsekuensi untuk menantang kesetiaan dan cinta kepada sesama. Dalam perjumpaan ada susah-senang,pahit manis-manis, bahagia-menderita, dan segala bentuk dinamika dulitas hidup manusia. Itu semua adalah bagian-bagian sebagai anugerah yang  menghidupkan kita, dan sungguh menjamin kesempurnaan diri. Potensi-potensi dalam diri dapat disampaikan kepada sesama untuk menyempurnakan diri saya; dan sesama adalah sarana penyempurnaan diri. Maka, kesempatan menuju kesempurnaan diri ada pada oranglain dan demikian sebaliknya bila menyatakan dan menghadirkan relasi.
Dengan demikian relasi yang dibangun melalui perjumpaan itu sebagai jaminan untuk saling membentuk antar pribadi. Setiap pribadi itu memiliki potensi untuk saling mendukung baik dalam sikap hidup maupun penuturan kata yang sangat berbeda daripada diri yang tidak dibentuk dalam relasi sosial yang mekanistik dan organistik. Akhirnya relasi dalam perjumpaan itu tidak produktif bila tidak mengarahkan diri pada kehidupan bersama sebagai manusia.Â