Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya – R.A. Kartini
Kutipan itu mungkin sudah tak asing di telinga banyak perempuan Indonesia.Â
Ditulis oleh Kartini dalam surat-suratnya, kutipan ini menggambarkan ketimpangan sosial yang dihadapi perempuan kala itu, khususnya dalam hal pendidikan dan kehidupan.
Kartini bukan hanya dikenal karena surat-suratnya yang menginspirasi, tapi juga karena pemikirannya yang berani mengguncang sistem dan membuka jalan bagi masa depan perempuan Indonesia.
Kartini bukan sekadar wajah di buku sejarah, tapi perempuan muda yang berani menabrak batasan zamannya.Â
Ia adalah simbol keberanian berpikir di saat diam dianggap lebih aman, suara lantang dari balik sekat pingitan yang membatasi gerak perempuan.
Melalui surat-suratnya yang kini kita kenal lewat buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini memutar roda perubahan. Kata-katanya tak hanya menggugah, tapi juga menggerakkan.
Lantas, bagaimana jadinya Indonesia jika Kartini tak pernah ada?
Jika Kartini tak pernah ada...
1. Pendidikan untuk perempuan akan lebih lambat diperjuangkan
Di masa ketika perempuan hanya diharapkan mengurus rumah tangga, Kartini muncul dengan pemikiran bahwa perempuan berhak belajar, berpikir, dan berkembang.Â
Ia menanamkan kesadaran bahwa ilmu bukan hanya milik laki-laki.
2. Perempuan Indonesia mungkin tidak akan secepat ini mendapatkan ruang di ranah publik
Kartini membuka mata banyak orang bahwa perempuan juga bisa menjadi guru, pemimpin, penulis, bahkan agen perubahan.Â