Dinamika politik terkait pemilu memang kita harapkan berlangsung adem ayem. Itu adalah harapan kita. Akan tetapi, secara nyata tidak demikian. Setiap pemilu pasti terasa hawa panas. Panas dalam artian para pendukung dan relawan beradu strategi memenangkan pasangan calon pilihannya. Kadang sampai mengarah pada sebuah kebencian, nyinyiran dan hoaks.
Bukan hanya itu, ada juga sampai mengarah pada jualan isu agama, dimana agama yang seiman menjadi pilihan. Belum lagi, praktik politik uang yang ramai.
Tahun depan 2020, ada pilkada serentak di beberapa provinsi, kabupaten/kota. Nah, disitu pasti akan terasa lagi hawa panas persaingan yang membuat kita menaikkan tensi politik.
Ada hal menarik yang diungkapkan oleh seorang politisi terkait dengan itu.
Dilansir dari CNN Indonesia.com, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan mengatakan berkampanye dengan menjual isu agama dalam pemilu sudah tak laku. " Pragmatis dalam artian positif jualan surga dan neraka tidak diterima lagi" kata Zulhas dalam Rakernas PAN.
Dari pernyataan itu, adalah sebuah kebenaran yang memang jadi acuan atau pedoman kita dalam berpolitik.
Menarik memang mendengar penjelasan beliau yang bagus. Pemilu itu kan kontestasi politik yang dilakukan untuk memilih pemimpin terbaik dari yang terburuk untuk berkuasa seperti dikatakan Romo Franz Magnis Suseno dalam tulisannya waktu lalu di Kompas berjudul "Golput".
Jadi, tepat kalau bagi saya dan juga kita bahwa tidak ada jualan surga dan neraka dalam artian tidak ada jualan politik agama di pemilu.
Bukti nyata
Rakyat pastinya sudah tahulah, mana pemimpin yang terbaik buatnya. Pasti, pemimpin yang memberikan bukti nyata, bukan kata-kata semata.
Apapun suku, rasa, agama dan golongannya, semua sama saja berhak menjadi pemimpin, cuma harus punya integritas dan kemampuan Nyata. Bukan jualan surga dan neraka seperti kata Pak Zulhas. Itu harus menjadi pelajaran buat kita yang ingin ikut berkompetisi maupun yang memilih dalam pemilu dan pilkada.