Dalam sebuah diskusi di ruang publik, seharusnya setiap orang bisa menahan emosinya agar tidak keterlaluan. Namanya juga diskusi harusnya dengan kepala dingin dan memakai gagasan yang brilian bukan emosi atau kemarahan memuncak.
Hal itu terjadi saat politisi PDIP Arteria Dahlan dinilai bersikap tempramental di diskusi Mata Najwa bertemakan Perppu KPKÂ
Dilansir dari CNN Indonesia, 10/10/2019, Arteria menunjuk Ahli Ekonomi yang juga guru besar ekonomi Prof. Emil Salim sembari mengatakan dengan nada tinggi Emil Salim profesor sesat. Dengan pernyataan itu, Arteria mendadak viral. Bukan itu saja, beberapa tahun lalu ditemukan bahwa Arteria juga pernah mengeluarkan pernyataan yang sangat emosional.Â
Dan, saya juga mengingat sekali bagaimana politisi PDIP ini pun dalam diskusi ILC beberapa waktu lalu sering memotong kesempatan berbicara dari Dosen FH UGM dan bagian dari PUKAT UGM, Zainal Arifin Mochtar, sama-sama mengenai diskusi bertema Revisi UU KPK.
Dalam diskusi itu, Zainal Arifin sempat memperingatkan Arteria karena memotong kesempatan berbicara dari beliau. Sebab itulah, sosok Arteria Dahlan ini sangat disorot saat ini dengan gaya tempramentalnya.
Memang sikap maupun sifat seperti ini tidak seharusnya ditunjukkan. Sebagai seorang wakil rakyat, seharusnya menunjukkan sikap yang baik, karena seluruh masyarakat Indonesia sedang menyaksikan beliau sebagai narasumber. Sangat tidak etis bila kata-kata penuh emosional dikeluarkan. Seakan-akan tidak mau kalah dan merasa benar.
Biasa saja untuk mengeluarkan gagasan atau pendapat. Lihatlah politisi lainnya yang santai menyampaikan pendapat atau gagasan. Sikap maupun sifat tentu bisa dirubah meski tidak seratus persen. Tinggal, kita belajar bagaimana menahan amarah agar tidak melukai hati lawan bicara dan penonton.
Emosi itu bisa ditahan. Dalam keadaan bagaimanapun, kita harus bisa belajar menahan diri, apalagi dalam sebuah diskusi yang disorot masyarakat banyak. Hal inilah harus dipelajari dan dilatih oleh kita semua, terlebih elite politik.
Apalagi bila kita sorot ucapan Arteria Dahlan tersebut kepada orangtua sekaligus profesor Emil Salim. Sungguh sangat tidak diperkenankan kata-kata itu keluar. Ke depannya, semoga tulisan ini bisa mengedukasi kita dan elite politik. Harus bisa menjaga tutur kata, sikap maupun tindakan kita.Â
Berdiskusilah layaknya sosok yang terpelajar maupun yang terhormat. Kasihan diri sendiri bila warganet maupun masyarakat jadi ikut menghujat kita karena ulah sendiri. Dikatakanlah warganet banyak sebagai pengujar kebencian, padahal kita sendiri yang salah.Â