Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pelaku Kerusuhan Lupa Saat ini Bulan Ramadan

23 Mei 2019   13:58 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemungkinan besar aksi kerusuhan yang terjadi pada kemarin lalu adalah bentuk dari penodaan terhadap bulan suci Ramadan. Betapa tidak, artikel saya waktu lalu sebagaimana Prof. Azyumardi Azra mengatakan bahwa puasa adalah menahan hawa nafsu dan ketika ada aksi demonstrasi berarti hawa nafsu tidak mampu untuk ditahan. Nah, jelas bahwa aksi kerusuhan adalah bentuk kebencian, kekerasan dan tidak mampu menahan nafsu.

Dapat kita katakan bahwa kesucian bulan Ramadan ternoda oleh tindakan pelaku kerusuhan saat ini. Tak tahu apakah mereka sadar bahwa bulan ini adalah bulan suci Ramadan atau tidak, tetapi mari kita sadarkan mereka.  Mari kita ajak saudara, keluarga atau sesama kita yang tinggal di lingkungan yang sama tidak ikut dalam aksi yang negatif tersebut.

Pelaku kerusuhan dibayar?

Ada berita yang begitu sangat menyedihkan, dimana pelaku kerusuhan dibayar dan disuruh. Kepolisian Daerah Metro Jaya mengungkapkan para pelaku kericuhan di Bawaslu RI, Petamburan dan Gambir disuruh dan dibayar seseorang. Di tempat kejadian perkara ditemukan sejumlah uang yang ada di dalam amplop yang sudah bertuliskan nama-nama yang diduga pelaku kerusuhan. Diamankan juga uang lima juta rupiah sebagai operasional (mediaindonesia.com,22/5).

Jika kita membaca berita tersebut sungguh sangat memiriskan. Harga diri dijual. Martabat bangsa tercoreng, persatuan dan kesatuan serta demokrasi kita dirusak. Tega-teganya massa aksi melakukan tindakan anarkis tersebut hanya karena dibayar. Dimana pikiran dan hati nuraninya?. Mereka tak sadar bahwa bulan ini adalah bulan suci Ramadan, dimana setiap orang diminta untuk menahan hawa nafsu dan menghindarkan tindakan negatif, apalagi anarkis.

Mungkin massa lupa bahwa sekarang kita sedang berada di bulan penuh berkah ini. Uang menjadi segala-galanya, meski bulan Ramadan itu menjadi tercoreng kesuciannya. Ini adalah ironi yang menyedihkan. Sebagai umat beragama, pelaku kerusuhan berani berbuat kekerasan atau anarkis demi uang. Bulan Ramadan seperti tak dianggap oleh mereka perusuh tersebut. Apakah mereka tidak disadarkan oleh keluarga, saudara dan tokoh agama?. Ini patut kita cari tahu.

Kesadaran diri

Saya merenung sejenak bahwa ketika pelaku kerusuhan itu pergi untuk datang ke lokasi kerusuhan, apakah mereka tidak diperhatikan oleh orangtua atau saudara mereka?. Apakah mereka tidak ditanya mau kemana atau tidak dihalangi untuk ikut kerusuhan tersebut?. Ini menjadi pertanyaan yang terbesit dalam benak saya.

Apalagi ada pula yang memakai sorban. Apakah ada aktor intelektual yang menyuruh memakai pakaian itu dan menyuruh melakukan kekerasan atau anarkis?. Ini harus diselidiki lebih lanjut oleh polisi, siapa yang menyuruh dan membayar mereka. Kasihan masyarakat jadi korban kerusuhan. Aktivitas pun terhenti, bahkan ada juga yang diliburkan.

Sungguh kacau keamanan negeri kita saat ini. Dimana kesadaran mereka yang membuat rusuh?. Kemungkinan besar tak  ada yang menyadarkan mereka. Kejahatan telah berkuasa dalam hati dan pikiran, sehingga berani berbuat seperti itu.

Bagi saya, keluarga, saudara dan tokoh agama harusnya sangat berperan untuk menghalangi aksi itu dan menjembatani menuju pada rekonsiliasi atau berdamai kembali antar masyarakat, pemerintah maupun pendukung paslon dalam pemilu kemarin. Tetapi, saya tidak tahu apakah keluarga, saudara maupun tokoh agama mengambil peran tersebut. Kalau mengambil peran tersebut, kemungkinan tidak akan seperti ini kerusuhan itu menyebabkan korban jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun