Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

3 Tips Menyikapi Hoaks Kesehatan

22 Juli 2019   18:25 Diperbarui: 22 Juli 2019   18:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bisnis yang terkait dengan kesehatan selalu menggiurkan."

Hoaks tidak akan pernah berhenti dan tidak perlu ditakuti. Mengapa? Karena memang hoaks sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kita tidak bisa tahu alasan dari pembuat hoaks kesehatan. Bisa karena berawal iseng, persaingan bisnis atau ingin meresahkan masyarakat.

Maka jika ingin mendapatkan jawaban sekitar persoalan hoaks kesehatan, maka perlu berkomunikasi dengan yang berwenang atau minimal seorang yang bisa dipercaya di sebuah komunitas. Jika malas bertanya, hoaks menyapa!

Ada aneka isu yang membingungkan, seperti:
- Mengangkat isu obat tertentu itu mengandung minyak atau lemak babi atau daun ganja.
- Membesar-besarkan manfaat untuk kejantanan kaum pria atau tubuh bisa fit sepanjang hari.
- Memalsukan merek terkenal dengan harga yang lebih murah, tapi malah tokcer.
- Memberikan kesaksian manfaat obat tertentu, baik yang bersifat sesungguhnya atau rekayasa.

Sekitar 15 tahun lalu, ada seorang teman yang sakit asam urat. Telah periksa di laboratorium. Bahkan di rumah tidak bisa jalan, alias ngesot. Tangan dan kaki bengkak. Telah mencoba aneka obat, namun makan tidak mau dijaga. Hobi makan blinjo dan kacang.

Hingga suatu hari bertemu dengan seorang teman yang memberikan ramuan dalam plastik klip obat, tanpa merek dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Harga murah sekali. Lalu ditanya darimana, karena takut juga untuk mengonsumsinya.

Dijelaskan bahwa ramuan ini dari seorang yang bekerja di sebuah fakultas farmasi sebuah universitas. Ini sedang dicoba sebelum dipatenkan. Ada aneka jenisnya, seperti untuk kolesterol, kencing manis, darah tinggi dan lain sebagainya.

Akhirnya dia beli dan minum tiap hari pagi dan malam. Tidak sampai 1 minggu sudah normal kembali, bahkan hingga saat ini. Lalu tidak sampai 1 tahun, kemudian ada yang butuh, lalu cari lagi ke teman itu. Barang sudah tidak ada lagi. Infonya digerebek tempat produksinya.

Belum lagi dengan aneka pendapat para ahli kesehatan yang tidak sama, karena masing-masing sedang mewakili produk tertentu yang menyeponsorinya. Ada juga suatu pendapat ahli yang terkini dan lebih berkhasiat, namun tetap dilibas oleh pendapat umum yang berlaku.

Dengan adanya perdagangan bebas lintas negara yang dibarengi dengan aneka toko online, memang sulit untuk mencegah peredarannya. Ditambah dengan tampilan iklan yang memukau, tapi tidak semuanya bohong, lho. Itu telah membingungkan konsumennya untuk memilih yang cocok buatnya.

Jikalau timbul pertanyaan yang dalam diri yang meragukan, seperti:
1. Apakah produk ini halal atau tidak?
2. Apakah kandungannya sesuai dengan yang tertulis atau tidak?
3. Apakah produk ini palsu atau tidak?
4. Apakah sedang dilarang oleh pemerintah atau tidak?
5. Apakah bisa menimbulkan efek tertentu atau tidak?  

Supaya mendapatkan jawaban yang tepat,
maka perlu memperoleh indormasi yang jelas sesuai dengan kategorinya masing-masing, yaitu:

1. Masalah Halal ke Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Hadir di setiap propinsi di Indonesia (http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/133/1517/page/1)
2. Masalah Legalitas ke Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia (https://www.pom.go.id/new/).
3. Masalah Produk ke masing-masing pabrik, seperti yang tercetak di produk itu.
4. Masalah Pemasaran ke distributor, biasa juga tercetak di produk. Ini biasa untuk produk luar negeri.
5. Masalah Penjualan ke apotik atau toko obat yang berizin di wilayah Anda.
6. Masalah Penggunaan ke dokter, ahli kesehatan, bidan yang memiliki izin praktek
7. Masalah Konsultasi untuk daerah tertentu bisa ke tokoh masyarakat atau sin she yang telah dipercaya selama ini di daerah itu.

Belum lagi saat ini banyak beredar tentang pengobatan dengan aneka tumbuh-tumbuhan (herbal). Bagaimana cara mengeceknya, jika diramu oleh seseorang dan bukan produk yang berizin BPOM?

Ditambah lagi nasihat makan buah ini, daun ini atau akar-akaran tertentu, bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Apakah telah terbukti dengan pengecekan laboratorium atau dengan perasaan semata dari sang penderita yang sudah lebih enakan badannya?

3-T Tips Menyikapi Hoaks Kesehatan

1. Tenang 
Ada banyak informasi yang hadir di medsos tentang kesehatan. Jika tidak yakin kebenarannya, tidak perlu diteruskan (forward), karena akan menimbulkan ketidakjelasan yang semakin meluas.

Hari ini, memang semakin banyak orang yang pandai menjadi penasihat kesehatan, selain karena ikut jadi agen MLM tertentu dan tinggal menyontek ke Prof. Dr. dr. Google, Sp.AP. (Aneka Penyakit). Malahan bisa jadi, Prof. Dr. dr. yang sekolah setengah mati kalah dipercaya.

2. Tanya
Jika masih meragukan, karena adanya gempuran dari aneka informasi yang membingungkan, bisa dengan melakukan cek dan ricek ke berbagai pihak yang berwenang. Tak perlu panik, karena bisa membuat orang lain ikut panik pula.

Perlu mendapat informasi sebanyak mungkin tentang produk itu, yang bisa juga dijadikan materi untuk membangun suatu pertanyaan. Sehingga membuat wawasan kita semakin luas.

3. Teliti
Ada istilah teliti sebelum membeli. Itu berarti ada pesan bahwa kalau tidak teliti bisa keliru. Teliti di sini bukan curiga yang membabibuta, namun tetap ada muatan curiganya, he he he ... .

Dengan ketelitian inilah, maka akan ada kesempatan kita berpikir untuk mengajukan aneka pertanyaan dan mengamati penjelasannya dengan ketenangan.-  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun