Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Buat Dagang atau Investasi Enaknya?

9 Juli 2019   00:02 Diperbarui: 9 Juli 2019   00:06 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mencari dan mengatur penggunaan uang itu sama sulitnya."

Berinvestasi berarti meletakkan 'uang lebih', tanpa bisa diotak-atik sekian waktu lamanya, yang kemudian bisa mendapatkan keuntungan bunga atau selisih harga.

Hal ini sulit untuk dinikmati oleh seorang pengusaha yang lebih suka memutar uangnya dalam dunia perdagangan yang dinamis. Dan kalau mau investasi pun, biasa investasi emas, karena mudah untuk diuangkan kalau butuh.  

Tiap generasi manusia memiliki keunikannya masing-masing di dalam membelanjakan uangnya. Generasi dulu lebih suka investasi dalam rupa tanah atau rumah, yang jarang akan turun nilainya. Favorit lainnya adalah emas atau perhiasan.

Saat ini ada banyak jenis investasi. Ada yang menyaingi keberadaan tabungan atau deposito di bank dengan investasi di Peer-to-Peer (P2P) Lending, yang menawarkan bunga lebih tinggi tentunya.

Ingin membangun sebuah perusahaan atau badan usaha sendiri, akan lebih sulit dan lama, maka bisa juga diganti dengan membeli saham dari sebuah perusahaan. Ini investasi saham. Ada lainnya yaitu investasi reksa dana dan obligasi

Ada 4 hal yang memengaruhi seseorang dalam mengatur keuangannya, yaitu:

1. Pengaruh Keluarga
Seorang yang dilahirkan dari keluarga miskin, cukupan dan mapan memiliki cara pandang yang beda dalam mengelola keuangan. Ini pun masih dibagi jadi 2 kelompok, yaitu yang sadar dengan keadaan keluarga dan yang santai saja. Apakah dari keluarga pedagang atau pegawai?

Asal keluarga juga menentukan. Memiliki keluarga yang kaya yang tinggal di London, Singapura, Jakarta, Sidoarjo dan Merauke, tidaklah sama dalam menikmati harta yang dimilikinya itu. Memiliki kekayaan  1 T di London dan di Lamongan, akan beda cara menikmatinya.

2. Pengaruh Pendidikan
Dalam hal ini, bukan soal sekolah atau kuliah, namun lebih luas dari itu, yaitu cara menyerap ilmu dalam kehidupannya. Melalui pendidikan ini, akan membentuk pola pikir, tujuan hidup nantinya dan bagaimana mencapainya?

Contoh: jika banyak belajar tentang dunia seni atau musik, maka tidak akan sesegera memikirkan tentang investasi masalah rumah. Yang dipikir memiliki studio atau alat musik yang 'wow'.  Ada seorang yang berani membeli sebuah gitar hampir 50 juta, namun dia masih nge-kost dan mobilnya masih kredit. Katanya, "Sebagai musisi itu investasinya."  

3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan bisa membentuk seseorang. Orang yang bekerja di lingkungan yang bergerak dalam dunia perumahan, akan memicu keinginan untuk memiliki simpanan rumah juga. Namun jika, kerjanya keliling lintas kota, maka bisa melihat peluang lain untuk menginvestasikan uangnya di sana.

4. Pengaruh Teman
Suara teman itu bisa begitu kuat memengaruhi, daripada suara keluarga atau pasangan sekalipun. Ada seorang anak muda yang bekerja begitu keras dalam mengumpulkan pundi-pundinya. Dia berteman dengan seorang pemain saham. Lalu diajak join. Dan tabungannya diinvestasikan di sana.

Anak muda zaman now (generasi milenial) telah dimanja dengan teknologi yang canggih. Sehingga begitu rapuh untuk menapaki hidupnya, karena semuanya telah tersedia melalui aneka fasilitas yang sifatnya 'sekejap' (instant).

Susah sedikit sudah mengomel, tanpa pernah memikirkan tentang siapa dirinya. Gambar dirinya menjadi kabur melihat tawaran aneka iklan yang memikat. Ingin memilikinya, namun tidak ingin berusaha sekeras mungkin.

Ada 6-B penghambat kaum milenial untuk berinvestasi?

1. Belum mendapat pengetahuan pentingnya investasi. Jika pendidikan investasi diwacanakan sejak SMA, maka itu akan membantu pula menentukan langkah kuliahnya lebih lanjut. Kemudian setelah bekerja bisa memikirkan untuk melakukan investasi.

2. Bingung dengan tujuan hidup. Tanpa tahu tujuan hidup, sedang di sisi lain bergelimang dengan uang, maka merasa bisa membeli apa saja yang bukan menjadi kebutuhannya. Biasa lebih senang ditabung saja daripada deposito, karena kalau membutuhkannya segera bisa langsung mengambilnya.  

3. Bekerja untuk menikmati hidup. Ini masalah yang terheboh saat ini. Hedonisme telah menguasainya akibat pengaruh iklan atau tontonan. Uang yang ada untuk membeli penampilan dan pengalaman. Investasi nanti saja.

4. Belum bisa menghargai uang. Diawal kerja atau saat memegang uang, jika bukan untuk berbagi dengan keluarganya, maka sebagai ajang balas dendam untuk berbelanja. Mungkin sebelumnya puasa berbelanja, lalu balas dendam saat memegang uang. Apalagi dengan online shop mempermudah untuk menghamburkan uang, karena memiliki keyakinan bulan depan dapat lagi. Akhirnya ketagihan.

5. Bermimpi ingin segera hidup enak. Semua orang punya keinginan seperti ini. Banyak rencana yang telah dibayangkan, padahal uang belum kepegang tangan. Coba ini, coba itu. Kredit ini, kredit itu. Tur sini, tur sana. Saat uang ada langsung disalurkan segera untuk membayar aneka cicilan tersebut. Bisa besar pasak daripada tiang.

6. Berkata Belum Waktunya. Merasa tidak cukup, karena ada kebutuhan lainnya. Memang meletakkan dana untuk investasi itu harus 'dana lebih', yang dimiliki oleh seseorang, setelah semua pengeluaran dalam sebulan tercukupi. Kapan yach ..., bisa cukup? Tidak mungkin pernah cukup dalam hidup ini, kecuali mau mencukupkan diri.-  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun