Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Self, Science & Social Center

1 Mei 2019   22:29 Diperbarui: 2 Mei 2019   08:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
clipart-library.com

"Meski berpendidikan dan terdidik adalah 2 hal yang berbeda, namun keputusan tetap ada pada peserta didik untuk mengetahui hasil didikan itu."

Musim penerimaan mahasiswa baru telah tiba. Setiap perguruan tinggi sedang berburu untuk mendapatkan sebanyak mungkin mahasiswa baru. Dulu ada kemudahan, bahwa setiap yang ingin mendaftar jadi mahasiswa baru pasti akan diterima. Kalau itu perguruan tinggi yang bonafide, memang agak dipersulit syaratnya, namun tetap ada cara juga untuk menembusnya.

Apalagi saat ini, persaingan semakin ketat dalam dunia pendidikan tinggi, serta ada standard tertentu sebagai ukuran yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Dirjen Dikti, BAN PT atau Kemenristekdikti. Salah satunya, jikalau kurang jumlah mahasiswanya, maka perlu merger. Wah ... bagaimana dengan nasib sandang pangannya? Meski demikian jual beli ijazah masih ada di pasar gelap dunia pendidikan.

Demi untuk tampil keren, maka perguruan tinggi juga memberi syarat yang begitu ketat sebagai syarat penerimaan mahasiswa baru. Mulai dari nilai TOEFL tertentu, ujian tertulis, hingga wawancara. Seseorang ditanya saat wawancara, "Mengapa ambil jurusan Hukum?" "Ingin jadi seperti Hotman Paris." Salahkah memiliki motivasi seperti ini?

Dengan keberadaan PSI yang menggarap generasi milenial, juga telah membuat seseorang saat diwawancarai mengatakan, "Akan jadi seorang politikus muda di PSI." Dan yang lebih keren lagi, ada yang melamar di jurusan Ekonomi, lalu berceloteh ingin jadi seperti Sandiaga Uno, yaitu seorang pengusaha muda dan kaya. Untung tidak ada yang ingin jadi Tim Avenger.

Wah ... lumayan lucu juga yach, jawaban-jawaban mereka itu, ketika ditekan tentang cita-cita yang terkait dengan alasan berkuliah di fakultas yang diliriknya itu. Memang ada aneka alasan seseorang berkuliah. Ada 3 alasan utamanya, yaitu: 1) Mengubah nasib (self center), 2) Mengabdi pada ilmu (science center) dan 3) Melayani masyarakat (social center).

Mungkin Kompasioner, bisa menambahkan dengan alasan yang lainnya, namun sepertinya semua akan terhisap kepada 3 alasan itu. Dengan alasan-alasan itulah, maka seseorang akan bertahan untuk menyelesaikan gelar kesarjanaannya. Jika tidak ada alasan itu, maka akan mengakibatkan dropout.

Belum lagi banyak pula yang sedang berkuliah tanpa tahu tujuannya. Memang waktu 4 tahun, kalau tidak molor, itu akan membosankan dan menghilangkan cita-cita awalnya. Sehingga ada yang lulusan kedokteran, namun jadi pedagang. Seorang arsitek menjadi politikus. Kalau seorang insinyur jadi presiden, gimana yach ... ? 

Hari ini sedang holiday karena May Day (1/5/2019). Para buruh sedang membelanjakan uangnya untuk ikut unjuk rasa atau apa pun namanya. Yang lebih luar biasa lagi, ada pula kelompok mahasiswa yang ikut di dalamnya atau berjalan sendiri, demi ikut memperjuangkan nasib para buruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun